Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Stop Normalisasi Slut Shaming sebagai Guyonan Terhadap Wanita

20 Desember 2024   09:29 Diperbarui: 20 Desember 2024   09:29 82 11

" Wanita itu makhluk mulia. Hormatilah dia dengan segenap rasa "

Hidup itu perlu diselingi dengan candaan. Tapi bila candaannya sudah mengarah kepada slut shaming, jangan biarkan ! Stop normalisasi slut shaming sebagai sebuah candaan, khususnya terhadap wanita.

Dalam sebuah tayangan viral belakangan ini, seorang pria public figure dengan santainya berkata kasar pada seorang wanita dewasa dan mengatakan bahwa wanita tersebut bisa saja menjadi wanita jal4ng bila berwajah cantik.

Meskipun berdalih hanya sebatas guyonan, apa yang dilakukan pria tersebut merupakan perbuatan slut shaming. Sebuah bentuk kekerasan verbal yang menyasar kepada aktifitas seksual.

Slut shaming merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan perbuatan ataupun perkataan yang merendahkan seseorang terkait dengan hal-hal yang bersifat sensual. Dalam hal ini para pelaku sering kali melontarkan candaan sampai ejekan dengan bahasa yang kasar, vulgar, dan mengarah pada pelecehan seksual.

Kaum wanita sering menjadi korban dari slut shaming. Mulai dari bentuk tubuh, cara berpakaian, dan penampilan mereka, hingga perbuatan yang mengarah pada aktifitas seksual,  semuanya dijadikan bahan candaan. Tak hanya itu, dalam beberapa kesempatan kaum wanita bahkan juga sering dikatakan wanita jalang, tak bermoral, atau juga menerima ajakan untuk melakukan aktifitas seksual.

Kenapa wanita sering menjadi korban dari slut shaming ? Ada beberapa penyebabnya.

1. Masih kentalnya budaya patriarki

Dalam budaya patriarki yang sangat mengagungkan kaum laki-laki, wanita selalu ditempatkan satu tingkat lebih rendah dari laki-laki. Dalam hal ini seorang wanita hanyalah dianggap sebagai pelengkap dan pelayan bagi kaum lelaki. Kondisi ini kemudian melahirkan arogansi dimana kaum wanita  sering dijadikan sebagai objek candaan

2. Rendahnya penghargaan terhadap wanita.

Kurangnya kesadaran akan kesetaraan gender melahirkan sikap yang kurang menghargai wanita. Padahal sejatinya antara laki-laki dan wanita sama tingkat dan kedudukannya. Keduanya harus dihormati dan dihargai.

Namun, masyarakat seringkali memberi penilaian berbeda terhadap wanita. Mereka dianggap sebagai makhluk yang lemah, emosional, mudah tersinggung dan atas dasar alasan ini banyak yang menganggap kalau wanita wajar saja menjadi sasaran dari sebuah pelecehan.

2. Menganggap wajar perbuatan kekerasan.

Slut shaming bagaimanapun juga merupakan sebuah pelecehan. Meskipun disamarkan dalam bentuk guyonan. Karena itu menjadi sebuah kekeliruan ketika pelecehan verbal seperti ini dianggap sebagai sesuatu yang normal.

Pada kenyataannya wanita sering dipaksa untuk pasrah dan menerima begitu saja ketika diri mereka direndahkan. Mereka dianggap emosional, baperan, terlalu sensitif bila mencoba protes. Ya, mereka sengaja tak diberi ruang untuk membela diri dan meluruskan kekeliruan yang sedang terjadi.

4. Kurangnya kesadaran terhadap dampak dari slut shaming.

Slut shaming adalah sebuah kekerasan, bukan guyonan. Karena iti pasti akan menimbulkan dampak negatif bagi para korbannya. Ya, para korban biasanya akan merasa malu, jijik, rendah diri, dan tak berharga. Dalam bentuk yang lebih parah bisa menimbulkan depresi dan gangguan kesehatan mental. Karena itu slut shaming sangat tidak boleh untuk dilakukan.

Sayangnya, banyak orang yang abai dengan dampak-dampak tersebut. Mereka tak memiliki empati. Mereka berlindung dibalik kata guyonan yang membuat mereka merasa tak bersalah ketika sudah melakukam kesalaham besar.

Menyadari buruknya pengaruh dari slut shaming, maka perlu ada upaya untuk tak membiarkan hal semacam ini terus terjadi.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghindari terjadinya slut shaming di masa mendatang.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun