Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Teknologi Perforasi Merevolusi Lahan Gambut, Gurun Pasir, Tandus, Bekas Tambang menjadi Lahan Pertanian Produktif

7 April 2015   02:57 Diperbarui: 16 Agustus 2015   05:29 1447 0


Setelah berjalannya waktu, orang- orang dari Jawa yang ikut transmigrasi dan ditempatkan di wilayah setempat mulai kebingungan. Lahan gambut tidak subur seperti di Jawa. Akhirnya mereka hanya bisa pasrah dan bertahan hidup dengan biaya jaminan hidup yang dikeluarkan pemerintah.
“Ketika saya diminta mendampingi petani di kawasan itu, mereka mengaku putus asa juga. Selama tiga bulan,tidak mampu menghasilkan apa-apa. Saya sangat merasakan betapa tidak nyamannya hidup mereka ketika daerah yang ditempati tidak mampu menghasilkan apa-apa. Seluruh tanaman yang dibawa jadi ‘gosong’akibat tanah dengan kandungan asam tinggi. Tidak itu saja, kuku-kuku petani banyak yang copot. Bahkan, gigi mereka mulai merasakan linu,” kata Ali. Sebelumnya, Ali telah memiliki koloni bakteri dari pasir kuarsa.
Mikroba tanah yang bisa diisolasi kemudian dikembangkan sehingga dapat membuat lahan pasir kuarsa dapat ditanami.“Secara kebetulan, ada petunjuk di kawasan lahan gambut tersebut. Ada tanaman yang terlihat dapat hidup. Oleh karena itu, saya langsung mengambil tanah yang ada di sekitarnya. Tanah-tanah itu kemudian dipindahkan ke lokasi lainnya. Di sisi lain, sampel tanah juga dibawa ke laboratorium untuk diteliti kandungannya, khususnya bakteri apa saja yang hidup,” ujarnya.
Ali pun mengajak seorang transmigran, Risun, berdiskusi. Diakui petani asal Banyumas itu, hanya pohon pisang yang tumbuh.
“Saya juga mengambil sampel tanah yang ada di sekitar pohon pisang tersebut. Saya ingin mengetahui, bakteri apa saja yang dapat hidup. Dari sejumlah sampel tanah yang bisa ditumbuhi tanaman, akhirnya dapat diketahui, koloni bakteri yang bisa hidup. Setelah itu, dikembangkan dalam skala laboratorium dan dijadikan seperti cairan,” ungkap Ali. Ia kemudian kembali lagi membawa cairan yang berisi koloni bakteri untuk dibagikan kepada petani. “Benar saja, tanah ‘hidup’ kembali,” ungkapnya. Tanah yang sudah berevolusi dipindahkan ke lahan lain menggunakan lubang-lubang.

“Bakteri berfungsi mengurangi keasaman tanah sehingga unsur hara juga kian tersedia. Yang membuat saya terkejut, ada petani binaan saya yang membawa labu besar. Disitulah, saya menerangkan cairan koloni bakteri tersebut. Dalam waktutiga tahun, lahan-lahan gambut dapat ditanami dengan berbagai macam jenis tanaman,” katanya. Bahkan, ketika ada demplot penanaman padi pada lahan gambut, hasilnya mencengangkan. Kalau dihitung-hitung, hasilnya mencapai 6 ton per hektare (ha).
Semakin sempurna Tantangan lain ialah menyuburkan lahan pasir kuarsa di daerah Sungai Gohong, Palangkaraya.
“Awalnya memang ada yang mengejek. Masak tanah subur kok diberi minuman energi? Memang, waktu itu saya membawa koloni bakteri cair dengan botol minuman energi. Tetapi, saya yakin, dengan menuangkan larutan ini ke sejumlah petak, tanah akan mengalami revolusi atas bantuan bakteri,” ujar nya.

Setelah 55 hari, para petani terkejut. Tanaman padi mampu tumbuh dengan tinggi 121 cm. Hasil per ha mencapai 3,5 ton hingga 4,2 ton, padahal sebelumnya hanya 1,2 ton.
“Padahal sebelumnya, tak pernah ada yang menanam kedelai dan ternyata bisa tumbuh. Tanaman kedelai yang saya bawa ialah varietas yang ditemukan Prof Sunarto dari Unsoed. Saya sengaja menanam kedelai karena jenis tanaman ini sangat sensitif terhadap lingkungan. Kalau kedelai saja bisa tumbuh, padi juga lebih dapat hidup. Makanya, banyak petani yang kemudian mengembangkan sayur-sayuran di daerahsetempat,” kata dia. Ia pun kemudian diminta mereklamasi lahan bekas tambang nikel di Sulawesi Tengah dan Morowali.

“Pada kondisi normal, reklamasi membutuhkan waktu 20-30 tahun. Namun, dengan adanya teknologi bakteri, dalam jangka waktu tiga tahun sudah dapat ditanami kembali,”kata dia.
Ali sedikit membuka rahasia bahwa koloni bakteri yang dikembangkannya berisi berbagai macam spesies. Hanya, ada satu jenis mikroba yang bertugas mempersatukan sehingga terjadi sinergi antar bakteri.

“Mikroba tersebut mampu membuat bakteri lainnya secara sinergi bekerja. Tidak saja menyerap logam berat, tetapi juga menangkap unsur kimia alami untuk kesuburan tanah seperti N, P, dan K,” jelasnya. Ia pun mengembangkan bakterinya dengan metode kloning. Namun, mutasi bakteri itu terukur. “Bahkan usia dari bakteri dapat dibatasi. Kekhawatiran mengenai adanya ledakan bakteri tidak akan terjadi karena telah dikendalikan dari awal,” tandasnya. Ali sedikit membuka rahasia bakteri ‘super’ yang ia temukan itu.
Ia menyebutnya sebagai mikroba google atau pencari kesuburan tanah. Bakteri itulah yang mencari unsur-unsur penyubur tanah di alam dan menyatukannya.
“Mikroba ini hanya ditemukan di Indonesia. Di daerah tropis macam Thailand dan Filipina saja tidak ada. Jadi, benar-benar Indonesia banget. Bakteri tersebut saya produksi dengan nama Bio P2000Z dengan Teknologi Perforasi (Hydro Cloning), katanya tersenyum.
Jika teknologi ini secara masif dikembangkan, barangkali tidak ada lagi istilah lahan tandus atau tidak produktif. Lahan tak produktif yang ada sekarang dapat disentuh dengan teknologi ini.

Kita patut besyukur atas temuan ALI Zum Mashar dengan ketekunannya sejak tahun 1996 melakukan penelitian hingga saat ini sudah berhasil mempatenkan hasil temuannya dengan nama BIOP2000Z. Semoga hasil temuannya kelak dapat bermanfaat bagi rakyat dan bangsa Indonesia terutama untuk meningkatkan kesuburan tanah dan produksi hasil pertanian Indonesia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun