Dusta adalah salah satu sifat tercela, bahkan ciri manusia bermuka dua. Rasulullah Salallahu 'alaihi wasalam menjelaskan ada tiga tanda orang munafiq
1. jika ia berkata berdusta
2. kalau ia berjanji ia ingkar
3. bila ia dipercaya ia khianat
dan tempatnya orang-orang munafiq adalah neraka yang paling dangkal.
banyak sekali tokoh-tokoh islam yang mengingatkan akan bahayanya berdusta. Luqman Al-Hakim pribadi bijak yang namanya diabadikan Alqur'an pernah menasehati anaknya tentang ini.
Luqman berkata :
"يا بني إياك و الكذب فإنه شهي كلحم العصفور"
"Wahai anakku sayang hati-hati dengan dusta, sesungguhnya dusta itu sangat menggiyurkan seperti halnya daging burung dara"
Imam Ali bin Abi Thalib berkata :
"أعظم الخطايا عند الله اللسان الكذوب"
" Kesalahan yang paling besar disisi Allah adalah lidah yang senantiasa berdusta"
coba kita merenung, berapa banyak kita berdusta?
berapa banyak kita membohongi mereka??
dusta kepada orang !
membohongi teman, sahabat !
berdusta pada diri sendiri, bahkan berdusta kepada Allah !
ya Rabb ...
Apakah dusta khusus untuk lisan dan menafikan lainnya? -makhsus bi lisan duna ghairihi-
hati misalkan??
tidak ada kata dusta untuk hati !
Rio Febrian pernah menulis syair begini :
"Ternyata hati tak bisa berdusta, meski ku coba tetap tak bisa"
Saya setuju dengan bang Rio, dalil agamanya : ketika Amar bin Yasir dipaksa untuk berpaling dari Allah dan mengimani Tuhan mereka Kafir Quraisy -Latta 'Uzza Manat- maka karena nggak kuat dengan siksaan mereka Amar berdusta dan mengatakan Ia beriman dengan Berhala sesembahan mereka. lalu dibebaskan, dan Amar menyatakan bahwa lisannya mengatakan seperti itu tapi hatinya tidak, hatinya masih mantap beriman kepada Tuhan yang Maha Esa Allah azza wajalla. berkenaan dengan peristiwa itu turunlah wahyu.
makanya ada orang-orang munafiq, yang lisannya berdusta beriman padahal hatinya tidak karena hati tidak bisa berdusta!
Dusta Putih
Dusta putih itu adalah istilah Bapak. Mario Teguh dusta yang baik. emang ada dusta yang baik?? ada, dusta yang ada mashlahatnya itulah dusta yang baik. kalau menurut Ihya 'Ulimuddin juz 3 halaman 132 "ما رخص فيه من الكذب" yaitu "Dusta yang dibolehkan dalam agama"
Perkataan adalah wasilah kepada tujuan maka setiap tujuan baik yang masih bisa dicapai dengan kejujuran dan dusta maka dusta hukumnya haram. jika sudah tidak bisa dicapai kecuali dengan berdusta maka dusta hukumnya boleh. jika tujuannya mubah, dan menjadi wajib kalau tujuannya menuntut wajib.
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam bersabda :
: عن أم كلثوم قالت : ماسمعت رسول الله يرخص فى شيء من الكذب الا فى ثلاث
الرجل يقول القول يريد به الإصلاح, الرجل يقول القول فى الحرب
الرجل يحدث إمراته, وامراته تحدث زوجها - أخرجه مسلم
"Dari Umi Kultsum dia berkata : saya tidak pernah mendengar Rasulullah melegalkan dusta kecuali pada tiga hal
1. seseorang berdusta untuk mendamaikan dua orang yang bersengketa
2. seseorang berdusta dalam peperangan
3. suami membohongi istrinya dan sebaliknya dalam kebaikan."
Contohnya : suami pulang kerja dalam keadaan lelah, letih, penat, capek. sang istri melihat itu ingin membantu meringankan beban suami, pergilah istri kedapur untuk sekedar menyiapkan teh hangat guna menyenangkan hati suami. karena gugup bukan gula yang dituangkan dalam gelas melainkan garam, maka jadilah "teh gelas garam" . dipersilakan suami untuk menyeruput teh bikinannya. tanpa banyak cingcong suami langsung meminum teh asin itu. kontan muka suami berubah ( perasaan teh itu rasanya manis deh, kok ini asin :P )
sang istri bertanya "gimana mas?".
"enak sekali istriku, rasanya manis seperti kamu :)" jawabnya.
suami berbohong kepada istrinya demi menjaga perasaan sang istri tercinta dan ini boleh, inilah dusta putih.
lebih lanjut Imam Al-Ghazali menerangkan. "yang disebut Rasulullah dalam haditsnya adalah pengecualian dusta yang 'sharih' jelas. dan yang tujuannya sama -fii ma'naha- selain dari itu. jika 'irtibathnya' hubungannya suatu maksud yang dibenarkan bagi dirinya, orang lain, atau hartanya, tetap dibolehkan.
Tathowwur ( Pengembangan )
Dusta putih pernah dilakukan oleh Nabi Ibrahim A.S, Dalam Al-Qur'an dijelaskan ketika Namrudz bertanya kepada Ibrahim tentang siapa yang menghancurkan berhala-berhala sesembahan kaumnya. Nabi Ibrahim dengan santainya menjawab "berhala yang paling besar" padahal beliau sendiri yang meluluhlantakan patung-patung itu, dan menyisakan satu.
***
Sekitar tahun 1998 terjadi tragedi manusia pagar "Ninja pemburu kyai". ketika itu saya menjadi santri di Buntet Pesantren Cirebon asuhan Alm. KH. Fuad Hasyim. pengurus pada masa itu mewajibkan kepada para santrinya untuk berdusta kepada orang yang dianggap asing yang menanyakan keberadaan kyai. tujuannya jelas untuk menyelamatkan jiwa seorang muslim, jiwa kyai. karena itu terbukti adanya,seperti kasus Ninja Banyuwangi.
Pengalaman memang guru yang paling baik :)
saya bagi pengalaman tentang dusta putih agar semakin jelas dan tidak salah mengartikan. tahun kemaren saya menjadi pendengar setia curhatan seorang bapak yang ditinggal putri kesayangannya Nabila. yang menarik ia juga harus berbohong kepada Ibundanya tentang kematian putri sulungnya. Ibunda beliau bernama Jaddah Syifa', beliau sudah memasuki usia senja, dan sakit-sakitan. beliau adalah sosok penyayang terlebih kepada cucunya Nabila. kita semua tahu bahwa Allah punya rencana buat hambanya.
iya takdir berkata, Nabila sang cucu harus lebih dulu meninggalkan sang nenek, Nabila meninggal karena kecelakaan. Bapaknya Shock!!tapi itulah takdir, kematian memang tidak bisa dihindarkan kalau sudah datang waktunya. sang Bapak sadar, kalau kejadian ini sampai terdengar ketelinga Ibunya ( Jaddah Syifa', Nenek Nabila ) maka tidak menutup kemungkinan ia akan kehilangan orang yang ia sayang untuk kali kedua. ia berdusta kepada Ibunya dan mengatakan Nabila ada tiap kali Jaddah Syifa' bertanya tentangnya. sampai waktu terakhirnya di dunia Jaddah Syifa' tidak tahu bahwasanya sang cucu Nabila Rizkia Putri telah terlebih dahulu berada disisi-Nya. karena semuanya merahasiakan kematian Nabila dari Jaddah Syifa' dengan berdusta!!
saya pribadi terharu mendengar cerita miris itu, dan bilang kepada si Bapak "Terkadang Dusta itu lebih baik dari sebuah kejujuran". ( dalam hal ini pastinya )
Fiqih Mujtama'
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam bersabda : "Ada lima perkara yang bisa menggugurkan pahala puasa. Berdusta, Gosip, Adu Domba, Melihat yang halal dengan nafsu dan Sumpah Palsu"
Dusta yang dimaksud Rasul tentu dusta yang tidak ada nilai maslahatnya.
kalau dusta yang manfa'at?
silakan anda nilai sendiri!
Semoga Manfa'at!!!