Di Grabag Merbabu, Magelang, Jawa Tengah pada 21 Mei 1903, pasutri R. Ng. Sastroamidjojo dan Kustiah dikaruniai anak dan memberinya nama Ali Sastroamidjojo. Demi masa depan yang benderang, pasutri itu menyekolahkan Ali di institusi pendidikan milik pemerintah kolonial. Kedua orang tua Ali beranggapan, bahwa lingkungan sekolah Belanda merupakan jenjang yang tidak boleh disia-siakan oleh keturunannya, selama ekonomi keluarga masih mampu untuk membiayai.