Saya akan mengawali pembahasan ini dengan cerita sebuah kejadian yang membuat saya geli. Seorang yang menjabat pimpinan di lembaga pendidikan, dengan ekspresi wajah masam teriak teriak memanggil salah seorang guru coordinator. Ia marah pasalnya ada beberapa siswa tidak rapi (tidak sempurna) dalam berpakaian. Kata-kata dengan emosi kemarahan keluar bagai ratusan anak panah lepas dari busurnya. Melihat kejadian itu saya merasa geli karena hal yang sederhana direaksi dengan sangat ekstrem. Apa yang ditampilkan dengan kemarahan itu menunjukkan keaslian diri yang bersangkutan. Beliau merasa para siswa yang tidak rapi itu adalah petunjuk adanya pembiaran; lemahnya penegakan kedisiplinan. Lebih parah lagi hal itu digunakan utuk menarik kesimpulan guru dan coordinator kedisiplinan tidak bekerja.
KEMBALI KE ARTIKEL