Ketika Kita ada dimana saja kita tidak jauh dari resiko, dijalan ada resiko kecelakaan, dirumah pun ada resiko kecelakaan, jadi hidup adalah resiko, lalu kalau hidup itu resiko jadi kita harus bagaimana?, jawabannya adalah jalani hidup dengan kalkulasi / perencanaan, resiko bisa dihindari dan diminimalisir namun kalaupun mau hidup spontan boleh saja.
Cara minimalisir resiko gimana? ada asuransi mungkin kalau sekarang seperti BPJS, itu makanya wagub DKI Bpk Ahok selalu berkata tugas pemda DKI itu penuhin otak, perut, dompet orang DKI, jadi setidaknya dari sisi kesehatan sudah ada BPJS walau tidak sempurna namun minimal sudah ada penangkal untuk minimalisir resiko, kalau masalah otak (pendidikan) gimana caranya? jawabnya sudah ada KJP buat di DKI kalo Provinsi lain mungkin ada yang mirip KJP, selain pendidikan formal ada juga belajar secara otodidak melalui buku-buku, internet dll.
Masalah kantong (keuangan) gimana ? ini jawabanya agak sulit, karena kalau di Amerika ada departemen pemerintah yang urus masalah pekerjaan untuk warganya yang nganggur, kalau di Indonesia saya pikir belum ada, artinya pemerintah yang cari kerjaan untuk warganya kalau memang belum bekerja bisa minta tunjangan sosial, asal anda memang tidak malas untuk bekerja.
Jadi intinya kalau kita memang "hidup" maka teman kita adalah yang namanya Risk atau resiko, kalau hidup takut takut resiko sama aja kita mayat hidup atau Zombie, kelihatanya hidup tapi jiwanya mati. Resiko dihadapin haasilnya bisa berhasil atau gagal, terus kalau gagal kenapa? gak apa-apa juga toh kita masih bisa coba lagi. kalo berhasil yah syukur Alhamdulilah, Puji Tuhan. Jangan lupa sama Sang Pencipta semoga Tuhan selalu menyertai Kita. Amin.
Tangerang, 1 Agustus 2014