Baru - baru ini peryataannya yang melecehkan sosok Allah Yarham Sultan Hamid II Alkadrie memancing emosi seluruh elemen Kesultanan Pontianak. Postingan ini dibuat bukan tentang respon yang musti disampaikan atas pelecehan yang dilakukannya, tapi lebih pada narasi yang ada dibelakang apa yang dibuat oleh Hendropriyono, apa yang ditargetkan untuk dicapai dengan adenya peristiwa ini.
Dalam pernyataanye kemaren, Hendropriyono bukan cuman menyerang sosok Allah Yarham Sultan Hamid II Alkadrie, secara umum yang disampaikannya adalah sebuah ancaman terhadap keberadaan masyarakat Arab, yang disampaikannya secara langsung ditujukan pada aktivitas sosial agama dan politik masyarakat arab, bukan dalam bidang lainnya.
Keberadaan masyarakat arab di Indonesia saya rasa tak perlu lagi dijelaskan, karena banyak orang di Indonesia sedikit banyak sudah mengetahui atau mudah untuk mencari tahu tentang ini. Jadi bagian panjang itu saya skip saja. Namun, untuk memperjelas arah tulisan ini, saya perlu menambah sedikit informasi yang spesifik tentang proses percampuran pendatang Arab dalam lingkungan keluarga para Pemimpin Wilayah dan Raja - Raja di tanah Air.
Bahwa dalam perjalanan sejarah bangse Indonesia, hampir semua peristiwa sejarah sosial politik yang terjadi di Indonesia, mulai dari abad ke 14, sangat kental diwarnai dengan keberadaan masyarakat Arab. Abad 14 dinilai sebagai titik awal mulai berkembangnya Islam di Tanah Air.
Pendatang Arab, selain menyebarkan Islam di Tanah Air, juga sekaligus menjalankan misi dagang.