Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Ala Biasa Akhirnya Kepedulian Pun Hilang

20 Agustus 2011   01:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:37 104 0
Menyimak perjalanan kehidupan kita di atas bumi ini merupakan sebuah perjalanan yang panjang dan penuh dengan berbagai warna permasalahan dan relung-relung onak dan duri. Bisa jadi masalah itu datang bertubi-tubi dalam satu masa, tapi bisa jadi masalah itu datang satu persatu dalam tempo yang berjeda. Permasalahan yang tidak akan ada habisnya, bagaikan melewati ujian demi ujian untuk mencapai suatu derajat tertinggi di mata Ilahi. Ujian-ujian tersebut bisa jadi bagaikan angin sepoi-sepoi yang melenakan dan bisa juga seperti badai besar yang siap menerkam siapa saja.

Perjalanan kehidupan tidak lepas pula dengan peranan-peranan yang dimainkan dalam panggung sandiwara kehidupan. Ada yang berperan menjadi si kaya dan ada yang berperan sebagai si miskin. Ada yang berperan jadi tukang bakso, ada yang berperan jadi kriminal, ada yang berperan menjadi pengusaha dan berbagai peran kehidupan lainnya. Jika kita memperhatikan peranan-peranan tersebut pada dasarnya merupakan sebuah keseimbangan yang harmonis satu sama lain, sehingga kita dapat memahami bagaimana melakonkan peran-peran itu dan bagaimana seharusnya memahami peran-peran lain.

Tersebutlah ada seorang bapak-bapak yang sudah lumpuh kakinya di sebuah kota sebut saja kota Bandung, dan beliau berada di sebuah mesjid di kota tersebut. Beliau berjalan turun perlahan demi perlahan dengan menggunakan tangannya sebagai landasan untuk berpijak menuruni satu per satu anak tangga yang basah. Dengan kekuatan tangannya itu pun dia menuruni satu demi satu anak tangga, dan satu per satu anak tangga itu pun dia lewati, namun ada sesuatu yang mengganjal bagi diri ini. Saat bapak tersebut menuruni tangga, semua orang yang melewatinya seakan tak peduli, bahkan seakan tak mengacuhkan si bapak. Dalam hati aku bertanya, ada apakah gerangan yang terjadi, sudahkah kita hilang rasa iba terhadap orang-orang seperti ini.

Setelah selesai menuruni tangga, bapak tersebut butuh menaiki tangga-tangga lagi untuk dapat sampai ke atas. Di sanalah aku mencoba bertanya dan ingin menolong si bapak untuk naik. Pada saat aku bertanya kepada si bapak dan ingin menolongnya, tiba-tiba ada seorang pemuda yang mengatakan, " sudah biasa mas, bapaknya seperti itu". Sejenak hati ini terasa ditusuk dan ditikam oleh tombak-tombak, seakan tak percaya hal yang diucapkan oleh pemuda tersebut. Hal inilah yang kemudian terngiang-ngiang terus di telingaku. Apakah ini kondisi realita masyarakat hari ini, yang ketika ada orang-orang yang tidak mampu, sudah dianggap biasa untuk tidak menolong atau menghiraukannya.

Mungkin ini yang dinamakan "ala bisa karena biasa". Karena kita sudah biasa untuk tidak peduli terhadap orang lain, maka oleh sebab itu kita bisa begitu saja melupakan untuk menolong orang-orang yang tidak mampu tersebut. Jika sense of caring atau rasa untuk peduli sudah hilang, maka inilah tanda-tanda rusaknya keseimbangan dalam kehidupan. Tujuan Tuhan menciptakan kita berpasang-pasangan adalah agar terciptanya keseimbangan dalam hidup ini. Saat orang-orang yang kaya tidak mau lagi menolong yang miskin, niscaya kemiskinan akan terus bergulir dan jangan salahkan jika semakin banyak tindak kriminal.  Selain itu orang-orang kaya akan semakin tamak untuk mengambil keuntungan sebesar-besarnya tidak menghiraukan apa yang terjadi dengan orang lain.

Bulan Ramadhan yang suci ini merupakan momen yang tepat untuk mengikis sedikit demi sedikit yang membuat kita tidak lagi peduli terhadap sesama. Karena kita dapa merasakan bagaimana dahaganya berpuasa, kita dapat merasakan bagaimana rasa laparnya berpuasa. Semoga kita bisa menjadi insan "ala bisa karena biasa" yang positif, yaitu karena saya terbiasa untuk peduli orang lain, untuk itu saya bisa merasakan penderitaan orang lain.

sebaik-baik diri adalah yang bermanfaat untuk orang lain
diri yang dapat merasakan bagaimana penderitaan orang lain
diri yang hati-hatinya senantiasa berada dalam kerendah hatian
diri yang senantiasa menundukkan hatinya kepada Rabb Alam ini

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun