Harapan besar terhadap pemerintahan baru agar lebih memperhatikan kesejahteraan buruh. Para buruh menyuarakan keluh kesah bahwa upah yang diterima tidak sebanding dengan gaya hidup yang terus meningkat. Ditambah lagi, munculnya peraturan yang terasa lebih menguntungkan pengusaha daripada pekerja. Aksi unjuk rasa menjadi jalan yang ditempuh untuk mendapatkan keadilan dan membuka mata pemerintah.
Rusdi (41), anggota partai buruh yang memiliki tiga anak yang masih sekolah. Biaya pendidikan, kebutuhan sehari-hari, dan biaya kesehatan semakin hari semakin meningkat. Untuk menutupi kekurangan, Pak Rusdi terpaksa meminjam uang dari berbagai sumber. Hutang pun menumpuk, dan bunga yang harus dibayar semakin mencekik leher. Setiap bulan, gaji yang diterimanya habis hanya untuk membayar cicilan hutang dan kebutuhan pokok, tanpa ada sisa untuk tabungan atau keperluan mendesak lainnya.
Dengan semangat yang membara, Pak Rusdi dan ribuan buruh lainnya berorasi di tengah hujan deras. Mereka mengibarkan bendera serikat dan membentangkan spanduk yang menyuarakan tuntutan mereka. Ini merupakan bentuk nyata dari demokrasi, dimana rakyat terpaksa menggantungkan harapan dan menyetujui ancaman mogok nasional bila pemerintah tidak memenuhi tuntutan.