Saya berfikir, bahkan sering saya berdiskusi baik di dunia "nyata" maupun di dunia "maya" tentang tema ini, saya melihat yang menjadi kesulitan kita adalah karena kita belum "mengalami" sendiri dari apa yang menjadi pertanyaan "besar" hampir disetiap hati pemeluk agama.
Kita membaca, merenungkan bahkan meneliti bahwa begitu mudahnya seorang nabi atau waliullah ketika menjelaskan tentang hal ini. Kesimpulannya tiada lain adalah karena mereka pernah "mengalami"nya sendiri. Suatu perjumpaan dengan Tuhan merupakan "kunci" keimanan sejati seorang pemeluk agama atau kepercayaan.
Kita membaca dari sejarah, bagaimana Tuhan mengutus Musa as., dan Tuhan pun berwawancakap dengannya sehingga Nabi Musa as. memperoleh keimanan sejati. Dan bagaimana ketika Tuhan mengutus Isa as. (Yesus), walau pun ketika di tiang salib, beliau as. Berkata : Eli, Eli lama sabaktani..(Tuhanku, Tuhanku mengapa Engkau meninggalkan aku), tetapi beliau as. telah mencapai keimanan yang sejati tentang Tuhan. Demikian pula dengan Nabi Muhammad saw.
Tuhan mengutus seorang nabi, bukan hanya sekedar saja dan tanpa guna. Tuhan mengutus nabi tiada lain adalah agar kita umat manusia dapat memperoleh keyakinan yang sejati tentang "DIRINYA"...itulah salah satu rahasia mengapa nabi dipilih dari golongan manusia bukan malaikat. Dengan mencontoh Nabi, melalui karunia Tuhan, kita pun bisa meraih perjumpaan dan memiliki keyakinan tentang-Nya.
Dan keimanan yang sejati kepada Tuhan bukanlah hanya diperuntukan bagi para nabi tetapi juga bagi seluruh umatnya...
Setiap nabi membimbing langkah umatnya agar memiliki keyakinan yang sejati tentang Tuhan adalah melalui ajaran yang berbentuk "AGAMA"...
Dan yang selalu menjadi pertanyaan dihati kita, apakah agama yang kita "pegang" saat ini dapat membimbing kita "kesana" ataukah agama kita hanya mengajarkan ritual-ritual dan kitab-kitab agama hanya berisi dongeng-dongeng para nabi...???
Love for all hatred for none
Muslim Ahmadi