Belum ada metoda yang dapat memastikan angka yang tepat bagi jumlah pemudik Jakarta yang mempunyai pekerjaan dan membawa simpanannya untuk dibelanjakan di daerah.
Harian Kompas secara terpisah memberitakan perkiraan ada 6,27 juta pemudik yang terdiri dari 2,67 juta menggunakan angkutan bus dan kereta api, dan 3,6 juta menggunakan motor yang akan meninggalkan Jakarta. Untuk mudahnya dibulatkan menjadi 6,5 juta pemudik termasuk yang menggunakan angkutan pribadi.
Jumlah pemudik sebanyak 6,5 juta ini tentunya minimum merupakan variasi dari mereka yang bujangan, berkeluarga tanpa anak,berkeluarga satu anak, berkeluarga dua anak dan berkeluarga tiga anak.
Jika diasumsikan 40% dari 6,5 juta adalah pekerja dengan penghasilan 195% di atas UMR (1,069,000 rupiah), serta berkemampuan menabung 10% dari penghasilannya, maka rata-rata simpanan mereka setahun adalah 2,5 juta rupiah.
Singkatnya, jumlah rupiah yang dibawa dari Jakarta dan mungkin dibelanjakan di daerah adalah senilai (40% X 6,5 Juta X 2,5 juta rupiah) atau 6,5 triliun rupiah.
Jika anda adalah salah satu pemudik dari Jakarta, kemungkinan anda sudah terbiasa dengan pola hidup di Jakarta. Mungkin sekali bila anda sudah terbiasa berbelanja di super market, hypermart, mini mart atau ritel yang memberi kenyamanan dalam fasilitas dan pelayanan serta letaknya yang mudah dijangkau.
Kebiasaan ini secara sadar atau tidak, anda lakukan juga di daerah asal anda. Sebutlah ketika anda membutuhkan beberapa kebutuhan pokok, maka satu tempat yang letaknya dekat dengan rumah anda, dimana anda bisa parkirkan kendaraan anda dengan leluasa, serta bisa membeli semua kebutuhan anda adalah di ritel seperti Indomaret atau Alfamart.
Saat ini Indomaret memiliki 4000 gerai di seluruh Indonesia dengan target omset sebesar 16 triliun,sementara Alfamart memiliki 4300 gerai dengan laba bersih 33,7 milyar rupiah dan akan mencapai 5000 gerai pada akhir 2010.
Selain kedua pesaing ritel ini, juga ada super market atau hypermart seperti Carrefour, Giant, Hari-hari, dan Makro yang secara bertahap mengembangkan bisnis mereka di daerah-daerah.
Yang pasti adalah, sebagian besar ritel dan super market ini milik Toke-toke di Jakarta.
Jika diasumsikan 75% dari 6,5 triliun yang dibelanjakan di daerah adalah untuk membeli kebutuhan pokok di ritel-ritel dan super market yang disebutkan di atas, maka sedikitnya omset yang diperoleh toke-toke Jakarta adalah senilai 5 triliun rupiah selama lebaran ini.
Karena itu pemikiran tentang “Ekonomi daerah membaik dengan pembelanjaan 6,5 triliun uang oleh pemudik dari Jakarta” perlu dipertimbangkan kembali.