Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

Layar Tancap Yang Masih "Bersaing" di Era Bioskop Modern

20 November 2014   22:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:17 139 0
Terus terang, di ibukota Jakarta ini saya adalah seorang pendatang. Sekitar tiga bulan yang lalu saya hijrah dari Lampung ke Jakarta karena mendapatkan pekerjaan. Tepatnya di sebuah kampung bernama Sawah Balong, di bilangan Srengseng, Jakarta Barat saya tinggal.

Beberapa waktu lalu, saya merasa takjub sekaligus tidak percaya. Setelah belasan tahun tak melihat kesenian layar tancap, saya kembali melihatnya, dan lebih "unbelievable" nya lagi, ini terjadi di Jakarta lhoh.... Ibukota negara yang notabene mungkin semua sendi kehidupannya sudah tersentuh modernisasi.

Kala itu, memang ada salah seorang tetangga di kampung, yang melaksanakan hajatan bagi putrinya yan menikah. beliau memang termasuk orang terpandang di kampung. Pada Malam sebelum resepsi yang akan diadakan keesokan paginya, sang empunya hajat menaggap kesenian layar tancap di salah satu lapangan didekat kampung.

Bak magnet yang menarik bijih besi, ternyata layar tancap masih memiliki banyak penggemar, mulai dari anak-anak, orang tua, bahkan muda-mudi yang memanfaatkan kesempatan ini untuk menghabiskan waktu bersama pasangan di malam minggu. Tak terkecuali saya. Meskipun film yang diputar bergenre Horror dengan Film Horror Indonesia yang serba "enggak banget" tapi saya sangat menikmati sekaligus takjub dengan suasana kebersamaan malam itu. Memori semasa kecil di Lampung pun seakan terpanggil kembali. Wajar saja, terakhir melihat layar tancap sekitar kelas 4 SD, Tahun 1996, yang mungkin merupakan tahun-tahun terakhir masa jayanya kesenian layar tancap.

Suasana kebersamaan dari semua golongan masyarakat itu yang tidak saya dapatkan ketika nonton di Bioskop modern masa kini, dimana harga menentukan kenyamanan dan kualitas. Sayangnya sejak akhir tahun 90an, layar tancap mulai ditinggalkan, dan diganti dengan dominasi Bioskop modern yang dimiliki konglomerat.

Padahal, hiburan ini sangat bagus dan terjangkau bagi kalangan masyarakat menengah kebawah yang mungkin jarang menikmati hiburan. terlebih jika diputarkan film-film bermutu jempolan (bukan hanya sekedar horror yg menampilkan paha-dada aktris nya saja), pasti selain menghibur juga bermuatan mendidik...

Semoga saja kesenian semacam ini terus menerus dilestarikan, dan tak hanya sekedar menjadi sejarah yang terlupakan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun