Transisi Demografi dan bonus Demografi
Transisi demografi adalah sebuah proses perubahan penduduk, dari tingkat kelahiran dan tingkat kematian yang tinggi menuju tingkat kelahiran dan kematian yang rendah, yang diiringi dengan perubahan pada struktur umur penduduk. Dampak sukses dari pembangunan kependudukan dan kesehatan adalah menurunnya jumlah kematian dan meningkatnya harapan hidup penduduk, yang selanjutnya akan menghasilkan penduduk usia kerja yang besar. Keberhasilan program KB juga akan menurunkan jumlah kelahiran, yang secara total akan menurunkan proporsi jumlah anak di dalam struktur penduduk. Perubahan struktur umur penduduk dan menurunnya beban ketergantungan akan memberikan peluang yang disebut Bonus Demografi.
Berdasarkan hasil Proyeksi penduduk tahun 2010-2035, Indonesia sekarang sedang mengalami bonus demografi, dimana rasio ketergantungan penduduk sebesar 48,6 dan akan mengalami puncak bonus demografi pada tahun 2028-2030. Puncak bonus demografi ini tercapai ketika angka ketergantungan penduduk mencapai titik terendah, yaitu 46,9; yang artinya setiap 100 orang usia produktif (15-64 tahun) menanggung beban 47 orang usia tidak produktif. Setelah tahun 2030 diproyeksikan penduduk lansia akan terus bertambah, dan diikuti dengan menurunnya persentase penduduk usia kerja.
Lalu apa konsekuensi ekonomi dari perubahan komposisi penduduk dan bonus demografi tersebut?
Berbicara mengenai bonus demografi, tentu akan terkait dengan peluang ekonomi yang muncul. Menurut Mason dan lee (2014), seiring dengan perubahan distribusi umur, banyak penyesuaian yang harus dilakukan untuk menjaga perekonomian tetap seimbang. Bertambahnya penduduk usia produktif tentu akan sangat menguntungkan, dengan syarat semua penduduk usia produktif tersebut bekerja dan memiliki pendapatan yang layak.
National Transfer Accounts, jembatan penghubung antara ekonomi dan demografi
Untuk melihat lebih jelas potensi bonus demografi, kita bisa menggunakan sebuah alat analisis yang masih terbilang baru dan belum banyak digunakan yaitu National Transfer Accounts (NTA). NTA merupakan suatu alat analisis yang dikembangkan oleh Mason dan Lee di tahun 2005, yang dapat membantu kita untuk memahami dan menganalisa hubungan antara ekonomi dan perubahan struktur penduduk. Daapt dikatakan, NTA adalah jembatan penghubung antara ilmu demografi dan ekonomi makro yang dapat menjelaskan dampak ekonomi dari bonus demografi yang terjadi di suatu negara. NTA dapat digunakan sebagai dasar untuk memproyeksikan anggaran pemerintah untuk menjaga stabilitas keuangan guna menghadapai penuaan penduduk, dengan merancang program public transfer kepada penduduk lansia (Lee dan Mason, 2014).
Malik (2014) melakukan penghitungan NTA dengan menggunakan data Susenas 2005 dan Neraca Nasional tahun 2005. NTA dimulai dengan mengestimasi pendapatan dari pekerjaan (labor income) dan konsumsi (consumption) menurut umur tunggal, seperti yang terlihat di gambar 1. Selisih antara konsumsi dan pendapatan dari pekerjaan disebut dengan ‘lifecycle deficit”.
Dari gambar di atas terlihat bahwa lifecycle deficit terjadi pada penduduk kelompok umur muda dan kelompok lansia, yang artinya, penduduk di kedua kelompok umur tersebut membutuhkan konsumsi yang jauh lebih besar dibanding pendapatan dari pekerjaan yang dihasilkan. Lifecycle deficit ditutupi dari realokasi pendapatan. Kelompok usia muda mendapatkan realokasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, kelompok lansia mendapatkan realokasi pendapatan untuk tetap sehat dan produktif, sedang kelompok usia produktif yang menanggung beban kelompok usia muda dan lansia juga harus dapat merelokasikan pendapatannya untuk investasi yang akan menguntungkan di masa mendatang.
Potensi Lansia Untuk Mencapai Bonus Demografi Ke Dua
Besarnya pendapatan dari pekerjaan untuk kelompok umur usia produktif merupakan potensi untuk meningkatkan perekonomian nasional. Jika kelebihan pendapatan ini dapat digunakan untuk investasi fisik maupun finasnsial jangka panjang, maka ketika ketika penduduk kelompok umur tersebut mencapai usia lansia, mereka akan mendapat keuntungan berupa akumulasi kekayaan dari investasi tersebut. Terlebih jika mereka memiliki kesehatan yang baik dan skill yang bagus, maka lansia kelompok umur ini masih akan bisa produktif di pasar kerja dan menghasilkan pendapatan. Disinilah peluang tercapainya bonus demografi kedua, yaitu ketika penduduk lansia memiliki asset yang dapat digunakan untuk konsumsi serta masih produktif di pasar kerja.
Kenapa Bonus Demografi Penting Untuk Indonesia
Menurut Maliki (2014), Indonesia sekarang sedang melalui periode transisi, transisi ekonomi dan transisi demografi. Indonesia sedang berusaha untuk meningkatkan perekonomiannya. Bonus demografi merupakan sebuah peluang yang besar untuk mendongkrak perekonomian negara, jika dimanfaatkan dengan benar. Namun karena masih berupa potensi, bonus demografi harus diraih dengan mengaplikasikan kebijakan yang tepat.
Menciptakan iklim investasi yang kondusif serta meningkatkan human capital merupakan kebijakan yang perlu diterapkan oleh pemerintah. Lebih lanjut, kebijakaan untuk menciptakan suatu system realokasi pendapatan yang menguntungkan semua kelompok usia, akan memberikan multiplier effect untuk peningkatan perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat yang merata (Maliki, 2014).