Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Enggan, tapi karena Allah Saya Tulis Juga

6 Februari 2011   03:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:51 167 7
Untuk semua kita termasuk saya, tidak perduli dia anak, remaja ataupun orangtua. Mencari , menganalisa, menemukan dan akhirnya mengemukakan kebenaran versi isi kepala kita, hendaknya tidak perlu dengan bahasa olok olok ataupun konyol, seolah bahasanya anak sekarang LEBAY.COM itu bagian pelajaran jurnalistik yang harus kita bukukan.

Ada orang berkata yang suci ajarannya/ isinya bukan fisik buku / kitab suci itu sendiri, maka kitab suci yang diaanggap secara fisik tidak suci itu boleh saja ditendang injak atau diludahi. Analoginya dari sikap ini : ayah bunda kita mengajari kita dengan baik lagi suci dari pamrih saat mereka membelikan kita susu, maka bolehkan ayah bunda kita secara fisik kita tendang 200 kali dan ludahi 1 juta kali tohk yang suci niat mereka menyusui kita bukan fisik atau jasad mereka?

lalu bagaimana jika kita lakukan itu, Tendang dan ludahi ayah bunda kita 200 kali di pasar? terangkan kepada khalayak di pasar bahwa ayah bunda kita tidak suci jasadnya jadi wajar kita hajar!! apa yang terjadi dengan kita? yang pertama hampir pasti kita digebukin sepasar setelah itu bisa kita pulang ke rumah sakit atau rumah tahanan atau malah berpulang ke rumah Tuhan dan mustahil habis kita hajar kita boleh pulang ke rumah orang tua kita.

lalu apa yang sebaiknya kita lakukan? berbuat baiklah kepada kedua orang tua kita, rawat fisik mereka sehingga tidak sampai sakit. Orang Yunani berkata di balik badan yang sehat ada jiwa yang sehat. Badan orang tua kita sehat maka jiwa merekapun sehat. Demikian analoginya dengan kitab suci, badan kitab suci sehat maka para pengamalnya juga Insya Allah akal pikirannya sehat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun