Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money Pilihan

Badan Usaha Korban Sertifikasi

4 Agustus 2014   20:36 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:26 85 0

Trend iklim persaingan yang semakin tajam dalam menjaring siswa sudah mendekati titik jenuh. Tidak menjadi masalah kalau sekolah tersebut adalah sekolah negeri yang dibiayai oleh pemerintah, tetapi untuk sekolah swasta yang kelangsungan hidupnya bersumber pada penerimaan dari siswa tentu terasa berat. Sekolah negeriyang semestinya menjadi mitra kerja kini sudah beralih status menjadi kompetitor baru. Ini tentu gara-gara setifikasi dimana penerima sertifikasi harus memenuhi persyaratan jam mengajar yang telah ditentukanagar dapat terus menerima tunjangan serifikasi yang nilainya sangat signifikan. Jika perbandingan jumlah siswa dengan guru ideal, bolehlah guru sertifikasi merasa nyaman tetapi kalau yang terjadi sebaliknya maka guru sertifikasi harus kesana kemari mencari tambahan jam mengajar di sekolah sekolah lain termasuk sekolah swasta. Ada yang di untungkan tentu ada yang dirugikan. Menejemen sekolah tentu diuntungkan karena bisa memangkas biaya operasional rutin dengan berbondong bondongnya guru sertifikasi masuk sekolah swasta. Yang dirugikan tentu guru swasta dimana harus berbagi jam mengajar dengan guru sertifikasi. Sebagian sekolah negeri terkadang juga punya perasaan dengan memecah kelas yang rombongan kelasnya gemuk dimampatkan menjadi langsing sampai batas minimal dibolehkannya kelas beroperasi. Kelas bertambah jam mengajarpun bertambah. Aman. Sebagian sekolah negeri yang lain mempunyai cara yang lain lagi yaitu dengan menambah pagu untuk peserta didik baru.Cara cara halus yang sebenarnya secara pelan pelan membunuh kelangsungan sekolah swasta. Akibatnya Buyarlah sudah estimasi dan kalkulasi yang di rancang sekolah-sekolah swasta dalam menjaring peserta didik baru. Bukan cerita baru kalau sekolah dengan gedung yang representatif hanya mampu menjaring belasan peserta didik baru bahkan spanduk bertuliskan bebas uang ini itu dan masih ditambah gratis seragampun masih tak mampu untuk memalingkkan wajah mereka. Anggapan bahwa kualitas sekolah yang menentukan berhasil tidaknya menjaring siswa potensial tentu akan menjadi perdebatan panjang lengkap dengan argumen yang masuk akal juga.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun