menyayat tiap tiap keinginan semesta
mengais hartanya diantara sampah
memendam semua mualnya akan kebusukan
karena baginya kebusukan sampah tak seberapa
dibanding sifat angkara murka kaum berdasi
memendam semua derita hidupnya
karena baginya dia lebih bahagia
daripada masyarakat yang terus dikekang bagai hamba sahaya
memendam semua kejijikannya
karena baginya koruptor dan sampah masyarakat jauh lebih hina darinya
memendam ulat ulat yang terus bergelayut mesra di antara sampah
bagai emosi yang begitu dekat dengan manusia
dia kais satu persatu hartanya
dari timbunan gunung yang tak jua wangi
dari ampas ampas rumah tangga yang terus bertambah
dari pemborosan akan barang tak berguna
dari kemubaziran harta benda tetangga
dari luapan sifat dunia mereka
tapi itu semua hartanya
sampah semua orang adalah hartanya
tempatnya mencari nafkah
mencari kehidupan
menghidupkan jiwa jiwa lain dalam tanggungannya
tak merugikan orang lain
tak pula kucela mereka karena kebodohannya
ataupun sikap boros mereka pada barang tak berguna
kuhanya menyambung nyawa tanpa mengambil hak mereka
berdiri diatas sampah sebagai manusia
bukan berdiri diantara manusia sebagai sampah