Lantas, sebelum membuat tulisan ini saya berselancar sebentar di Kompasiana, dan baca beberapa artikel perihal golput. Kesimpulan saya sejauh ini: banyak orang “memilih” golput karena mereka tak lihat ada pilihan. Dari pemilu ke pemilu, setidaknya sejak 2004 lalu, prestasi DPR/DPRD tak kunjung membaik. “Paling baik”, cuma sekitar seperempat target legislasi mereka yang terpenuhi. Dan di saat yang bersamaan angka korupsi anggota DPR/DPRD pun semakin tinggi. Setidaknya dalam 5 tahun terakhir, 2009-2013, parlemen kita selalu nangkring di urutan pertama lembaga negara paling korup. Jadi minimal, dua “prestasi” ini yang dari waktu ke waktu berhasil dipertahankan parlemen kita: rendahnya produktivitas legislasi plus tingginya angka korupsi.