Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Hardiknas 2012: Belajar Semangat Meraih Pendidikan Dari Anak Jalanan Sanggar Anak Matahari Bekasi

2 Mei 2012   13:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:50 502 0
Pendidikan bagi sebagian orang mungkin barang mewah. Masuk dengan biaya tinggi, fasilitas extra lux yang memadai, tenaga pengajar yang handal international minded, dan segala perlengkapan belajar mengajar yang serba high class. Namun tidak bagi anak jalanan. Mereka harus berjibaku dengan keringat sendiri untuk mengejar cita-cita mereka yang simpel yaitu hanya ingin sekolah. Itulah secuil potret kesenjangan yang masih terjadi di negara kita.

Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2012 ini menjadi refleksi bagi kita semua bagaimana kita berbuat sekuat tenaga untuk mewujudkan pendidikan bukan hanya menjadi better, tapi juga equal. Perjuangan kita mengantarkan generasi bangsa adalah tugas yang sangat mulia dan visioner. Tentunya harus dilakukan secara merata. Bagi mereka yang kurang mampu atau bahkan terputus akses pendidikannya masih banyak cara yang bisa kita lakukan untuk memberikan mereka pendidikan.

Setiap tahun kita merayakan Hardiknas yang bertepatan dengan lahirnya bapak pendidikan kita Ki Hajar Dewantara. Namun setiap tahun pula ada saja problematika pendidikan yang menggerogoti kehidupan dan mendestruksi karakter peserta didik. Dari mulai tawuran, seks bebas, sampai contek menyontek demi sebuah kata LULUS UN. Bahkan tak jarang para pendidik pun terlibat di dalamnya. Bagaimana menciptakan generasi yang berkarakter positif kalau gurunya saja memberikan teladan sesuatu yang negatif.

Hari ini saya merasa beruntung bisa belajar dari komunitas anak jalanan sekaligus memotivasi saya untuk berbuat sesuatu demi mendidik generasi bangsa. Bermula pada hari kemarin saya mendapat telepon dari rekan IGI (Ikatan Guru Indonesia) Bekasi yang mendadak meminta saya mendampingi untuk mengisi sebuah acara Seminar Pendidikan dalam rangka Hardiknas (02/05/12) karena Ketum IGI Bekasi berhalangan. Walhasil hari ini saya beserta tim IGI Bekasi yaitu Bu Juli, Bu Iha, Pak  Taufiq, dan Pak Ari berangkat masing-masing menuju STMIK Bani Saleh Kota Bekasi setelah sebelumnya kontak-kontakan dan janjian kalau pukul 12.30 kita sudah di lokasi agar bisa koordinasi terlebih dahulu karena jadwal dari panitia acara dimulai pukul 13.00.

Presentasi dari kami pun berjalan lancar dan menarik dikarenakan games yang kita pandu berhubungan dengan penyemaian pendidikan karakter sehingga para guru yang hadir sangat antusias dan kami berharap bisa memotivasi mereka untuk menjadi guru berkarakter dan berkualitas. Dengan demikian peserta didik kita pun nantinya akan memiliki karakter yang baik. Presentasi kedua disampaikan oleh bapak Drs. Asep, M.Pd yang mewakili Kepala Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Pak Asep memaparkan kondisi bangsa saat ini yang mengalami kerusakan dimana-mana kemudian mengkomparasikannya dengan Negara lain. Di akhir pak Asep juga menyampaikan beberapa hal yang bisa dilakukan oleh para guru demi mendukung terlaksananya pendidikan karakter (bangsa) yang sedang ramai disosialisasikan oleh pemerintah.

Acara semakin menarik ketika para peserta bertanya dan berdiskusi seputar pendidikan karakter. Setelah materi dan tanya jawab selesai, kami disuguhkan oleh penampilan kelompok anak jalanan yang berada di Sanggar Anak Matahari. Luar bisa sekali kreatifitas dan semangat anak-anak ini. Kami pun semua terharu. Di tengah banyaknya anak-anak jalanan yang putus asa dan harapan untuk mengenyam pendidikan mereka masih mempunyai cita-cita untuk bersekolah dari hasil mengamen. Bahkan kreativitas mereka pun Nampak dari lagu-lagu yang dibawakan semuanya adalah hasil kreativitas mereka sendiri. Berbeda dengan anak-anak umumnya saat ini yang lebih enjoy menyanyikan dan bergaya K-Pop atau genre musik yang sedang menghegemoni di Negara ini.

Di sanggar inilah mereka belajar dengan hanya dua guru, dari mulai menulis, berhitung hingga mengaji kemudian meneruskan kreativitas mereka di bidang seni. Belakangan diceritakan bahwa salah satu diantara mereka ada yang pernah menjuarai lomba puisi tingkat Kota Bekasi dimana lawannya banyak dari sekolah-sekolah mapan dan berprestasi. Kontan ini membuat kami terharu, prestasi yang mereka miliki bukan utopia semata. Cibiran dan ketidak berdayaan mereka untuk meraih pendidikan dijawabnya dengan prestasi. Dengan terlihat emosional kawan mereka juga menceritakan awal mulanya mengikuti ujian paket yang bingung harus berbuat apa untuk syarat melanjutkan sekolah. Kick Andy pun konon katanya pernah berkunjung ke sanggar dan memuat profil (kegiatan) mereka.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun