Hadir beberapa menit setelah acara dimulai saya agak telat karena ada urusan di pagi hari membuat saya sedikit tertinggal, namun tak terlalu jauh. Saya berjalan dengan langkah cepat dari parkiran menuju gedung B Bank Indonesia yang lumayan jauh karena masuk lewat gerbang belakang. Di depan ruang serbaguna sudah ada panitia yang salah satunya saya kenal berawal saat ikut pelatihan blog guru dari bloggerbekasi yaitu mas Yulef. Ternyata mas Yulef yang kecil namun enerjik ini sebagai MeetPro Leader Team yang notabene ketua panitia, sambil sedikit berbincang saya langsung menuju ruangan tempat acara Intip Buku. Di dalam sudah banyak peserta yang hadir dan kang Pepih Nugraha sedang menyampaikan beberapa prolog atau berbagi pengalaman di dunia tulis menulis. Sebagaimana kita tahu kang Pepih adalah salah satu insan jurnalis di kompas. Beliau bercerita dari mulai awal mula menulis sejak masih di SD, suka dukanya hingga hasil yang didapat dari tulis menulis. Statemen beliau yang sangat memotivasi adalah bahwa sekarang menulis bukan lagi hanya monopoli kolumnis, wartawan, jurnalis, tapi juga tempatnya orang biasa. Oleh karenanya citizen report menjadi wadah untuk mereportasekan sebuah kegiatan atau kejadian oleh orang berlatar belakang segala profesi.
Terakhir di sesi pertama ini disampaikan motivasi oleh pak Taufik Efendi yang berprofesi sebagai dosen honor di FBS UNJ. Dalam keterbatasan fisiknya dia mampu meraih cita-cita keliling dunia dengan memenangkan 8 beasiswa. Pak Taufik yang tuna netra sejak SMA akibat kecelakaan meski awalnya tidak terima dengan keadaannya lambat laun dia membangkitkan semangatnya untuk terus mengejar cita-citanya. Kisah ini juga saya tahu dari sini. Selesai sesi pertama para peserta coffe break. Sebelum lanjut ke sesi kedua bintang tamu yang hadir menyampaikan sambutan. Bintang tamu tersebut adalah purnawirawan intellegen yaitu pak Prayitno Ramelan yang juga dikenal sebagai bapak blogger kompasiana.
Sesi kedua selanjutnya diisi oleh orang-orang hebat lainnya yang juga penulis. Para penulis yang sebelumnya saya hanya mengenalnya di dunia maya, khususnya di kompasiana. Pada acara ini alhamdulillah saya bisa bertemu langsung dan bisa mendapatkan motivasi dari pengalaman mereka. Pertama adalah mas Iskandar Zulkarnaen (mas Isjet) sebagai admin kompasiana. Mas Isjet menyampaikan beberapa info tentang kompasiana dan kiprahnya. Kompasiana saat ini menjadi blog citizen warga yang terbesar di Indonesia. Ke depannya juga akan terus diadakan kegiatan-kegiatan yang mengakomodasi para warga yang menulis dari berbagai profesi, ucap pria yang ternyata lulusan Gontor ini.
Narasumber kedua adalah seorang guru, blogger asal Sragen Jawa Timur yang juga penulis, namun spesialisasinya adalah penulis buku teks pelajaran yaitu pak Johan Wahyudi. Dengan gayanya yang khas jawa timuran, lantang, tegas, juga kocak karena harus berbicara dibatasi 15 menit oleh moderator sehingga dengan cepat dan terus-menerus bilang “cuma 15 menit” membuat seisi ruangan penuh tawa. Pak Johan sharing tentang kelebihan dan kelemahan menulis buku teks bahkan sampai menantang para guru untuk menulis. Menurutnya, menulis buku teks lebih memiliki keuntungan besar, karena pasarnya banyak juga royaltinya besar. Tahun 2011 lalu royalti pak Johan bisa memberangkatkannya menunaikan ibadah haji dengan sang isteri. Pak Johan juga menyoroti beberapa kasus seperti LKS tentang “Isteri Simpanan”. Menurutnya itu bukan salah penerbit, karena itu Cuma LKS bukan buku teks, justeru harusnya guru lah yang membuat/menulisnya. Guru yang sedang menempuh studi S3 dan sebelumnya hanya saya kenal di kompasiana ini juga mengajak para guru untuk terus meningkatkan kemampuan tulis menulis.
Terakhir di sesi kedua ini diisi oleh seorang guru blogger juga yang sudah tidak asing lagi di dunia tulis menulis yaitu Omjay (Wijaya Kusumah). Dengan spirit mottonya yang dijadikan buku “Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa Yang Terjadi” Omjay selalu memotivasi untuk terus menulis. Dimulai dengan menulis catatan harian, menulislah setiap hari. Mulailah dengan mencatatkan setiap kejadian dan mendokumentasikan apa yang kita lihat. Memang butuh proses untuk membuat tulisan itu menjadi bagus dan berkarakter. Maka itu usahakan untuk selalu sharing dan meminta saran dari penulis-penulis yang lain ataupun editor penerbit. Pria “Guru Besar” (guru berbadan besar) yang pernah menjuarai beberapa lomba karya tulis tingkat nasional ini juga berbagi pengalamannya bisa mengunjungi hampir semua provinsi di Indonesia karena kegiatan menulisnya sehingga sering diundang ke berbagai daerah untuk berbagi ilmu.