Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

9 Pohon Filosofis di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

18 April 2012   03:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:29 9141 2
Di dalam kompleks Kraton, (njeron beteng) baik di dalam Kraton inti, maupun daerah njeron beteng yang sudah ditempati oleh masyarakat jogja,  jika mengamati, kita akan melihat 9 jenis pohon di dalam kompleks Kraton, yang ternyata memiliki nilai nilai filosofis yang menarik. :

1. Waringin (Beringin)

Pohon Waringin menlambangkan pangayoman, keadilan juga sifat abadi. Waringin juga melambangkan, Manunggaling kawula lan Gusti, atau rakyat dengan pemimpin, atau bersatunya manusia dengan Tuhan yang memberikan hidup. Yang diwujudkan melalui ringin kurung yang ada di Alun alun Karaton.
Di dalam bahasa Sansekerta, pohon Waringin juga disebut nyagrodha atau satavrksa yang merupakan perwujudan dari kosmos Dewa Wisnu.
2. Tanjung

Pohon Tanjung terdapat di dalam Prasasti Siwagrha (856 M), yang disana disebutkan bahwa di pelataran candi Prambanan bagian timur tumbuh pohon Tanjung yang digunakan sebagai sarana turunnya para Dewata ke bumi. Lalu cabang cabang pohon tanjung berfungsi untuk memberikan pengayoman.

3. Gayam

Tanaman Gayam melambangkan 'ayom' (teduh) atau 'ayem' (tentrem). Pohon Gayam ini dapat menjaga kebersihan dan beningnya air.

4. Sawo Kecik

Tanaman Sawo Kesik banyak terdapat di pelataran Kedhaton atau 'dalemipun para dharahing Nata' (tempat para bangsawan). Tanaman Sawo Kecik memiliki makna 'sarwa becik' (selalu dalam kebaikan).

5. Asem

Pohon Asem memiliki arti 'sengsem' (menyenangkan hati, senyum yang indah), sedangkan daun dari pohon Asem yang berjari enam, memiliki nama sinom 'anom' (berjiwa muda). Dan sinom juga nama dari rambut wanita yang halus.

6. Kemuning

Tumbuhan Kemuning melambangkan kesucian dan beningnya pikiran. Berasal dari kata 'ning' - hening dari kemu - 'ning'.

7. Bodhi

Tanaman Bo (Bodhi) berasal dari bahasa Sansekerta as'sttha, yang berhubungan dengan pencerahan sang Buddha Gautama. Di tanah Jawa tanaman bodhi disamakan dengan tanaman Keben, yang di dalam Karatan Ngayogyakarta ditanam di plataran Kamandhungan Ler. Tanaman Keben ini juga disebut tanaman perdamaian.

8. Kepel Watu.

Makna dari 'kepel' adalah genggaman tangan manusia, yang memiliki arti 'greget' (niat) dalam bekerja. Sedangkan 'watu' berarti dasar. Pohon Kepel ini melambangkan 'manunggaling sedya kaliyan gegayuhan' (bersatunya niat dengan kerja).

9. Jambu Darsana dan Jampu Tlampok Arum.

Nama jambu Darsana berasal dari kata 'sudarsana' yang berarti tauladan atau contoh, sedangkan Tlampok Arum juga disebut Jambu Dompolan yang melambangkan kerukunan. Makna kedua tanaman filosofis ini, bahwa sebagai pemimpin harus bisa menjadi contoh taulanan terhadap yang dipimpinya, yang sabdanya selalu harum. Sehingga dapat menjadi pemimpin yang mempersatukan serta merukunkan orang orang yang dipimpinya.

(Buku Pawiyatan, abdi dalem Kraton Ngayogyakarta)

Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat sendiri, dalam tata struktur bangunan kraton maupun kota Jogjakarta, memiliki konsep konsep yang matang tentang bagaimana jalan 'menjadi manusia yang utama' yang bertumpu pada konsep bersatunya manusia dengan Tuhannya. Stuktur bangunan dapat menjadi 'sastra' yang selalu memberikan 'paugeran' atau pedoman yang baik bagi masyarakatnya, di kehidupan sehari hari. Hal yang sungguh penting dalam pondasi masyarakat sebuah kota, bahwa karakter masyarakat adalah cerminan dari struktur kotanya, dan sebaliknya.

Sebuah ibukota, seharusnya juga memiliki tatanan struktur kota yang bermakna mendalam mengenai semangat/nilai nilai yang harus menjadi dasar karakter bangsanya. Bukan malah dibanjiri oleh 'mal-mal' yang besar dan menjamur, jalan jalan tol yang besar dengan kemacetan yang terjadi di mana mana, yang berdiri gersang tanpa arti, malahan membuat masyarakat makin terasing dengan pribadi dirinya, apalagi pribadi bangsanya.
salam.

jogja istimewa.

@BanuSangBadrika

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun