Mungkin sebagian akan berpikiran... Ah, ngomong aja sih mudah, nerapinnya mah nggak. Yah, tidak bisa dipungkiri rendahnya minat baca di Indonesia juga karena sebagian besar masyarakat masih menganggap, bahwa banyak hal yang lebih penting untuk dilakukan selain membaca. Tapi... percayalah, membaca itu juga penting lho hehehe
Meningkatkan kebiasaan membaca sebenarnya juga tak sesulit yang ada di pikiran kita... Mengapa demikian? Karena... perkembangan teknologi informasi yang pesat sebenarnya telah memberikan kemudahan bagi kita untuk membaca. Saat ini, hampir semua produk pemberitaan surat kabar maupun buku bacaan ada dalam bentuk digital. Kondisi itu sudah cukup membuktikan mudahnya akses untuk membaca, bukan?
Tapi sayangnya, dengan menjamurnya smartphone minat baca penduduk Indonesia malah semakin rendah karena banyak yang lebih aktif berselancara di sosial media daripada meluangkan waktu untuk membaca informasi-informasi terkini --yah, termasuk saya mungkin wkwkw-- Â Dilansir dari JakartaGlobe, dalam satu bulan 76 juta penduduk Indonesia mengakses sosial media meski berada dalam kecepatan internet cukup rendah --sekitar 6x lebih lemot dari Korea Selatan-- WOW! Sebesar itu effort untuk berselancar di sosial media, tapi serendah itu minat untuk membaca...
Padahal, budaya literasi mampu membangun wawasan dan kemampuan seseorang dalam pengambilan keputusan pada pembentukan karakter individu, baik dalam mengambil tindakan individu maupun kolektif. Karakter berani dalam mengambil tindakan individu maupun kolektif terbentuk karena seseorang yang memiliki budaya literasi yang tinggi biasanya, memiliki banyak wawasan atau landasan berpikir untuk berargumen. Dan... seseorang yang memiliki cukup banyak bukti dan dasar dalam pengambilan keputusan maupun berpendapat tentunya akan terdorong untuk beropini karena merasa cukup benar dan cukup baik untuk menyampaikan apa yang diketahuinya.
Selain itu, berdasarkan yang ditulis oleh Hannum dan Buchman (2003), budaya literasi yang tinggi mampu meningkatkan partisipasi politik seorang individu. Individu dengan budaya literasi yang tinggi akan cukup toleran karena memahami bahwa masing-masing individu maupun kelompok memiliki kebutuhan dan alasannya masing-masing yang tidak dapat dijustifikasi secara sekilas. Tidak semua yang salah berwarna hitam dan tidak semua yang benar berwarna putih. Budaya literasi tinggi juga akan memperluas pengetahuan seseorang akan fenomena yang terjadi di negeri ini dan solusi yang dibutuhkan.
Memiliki pengetahuan, wawasan, dan solusi atas fenomena yang terjadi di negeri ini akan mampu mendorong keinginan seseorang untuk menyampaikan pendapatnya ke ranah publik, yang secara tidak langsung adalah bentuk partisipasi politik dan demokrasi dalam negeri ini. Hal ini perlu, terutama dalam menghadapi pemilihan presiden 17 April mendatang. Agar kita cukup informasi untuk memilih calon pemimpin yang baik menurut kita masing-masing (: