Anggap saja aku tidak ada saat berbisik di telinga kirimu
Tentang kerapuhan berulang diseberang kelopak matamu yang terkatup
Karena aku selalu merangkulmu disisi kiriku
Bahkan saat semua pertautan darah mengharamkan semua sisimu untukku
Aku tetap disisi kananmu menyandarkan seluruh keyakinanku
Anggap saja aku tidak ada saat berbisik di telinga kirimu
Tentang air mata dan sumpah serapah diseberang kelopak matamu yang terkatup
Karena engkau selalu merangkulku dari sisi kananmu
Bahkan saat harga diri dinistakan dibawah titik iba
Engkau tetap disisi kiriku menegakkan kehormatanmu dalam kasih sayang Tuhan-ku
Anggap saja aku tidak ada saat suara lapar dari perutku terdengar ditelinga kananmu
Karena suara lapar dari perutmu bergemuruh diselah tangis janinku yang kelaparan dalam rahimmu
Melebihi gelak tawa dalam riuh pesta ditaman seberang sejarak dua langkah kaki didepan kita
Tapi sungguh aku akan selalu ada lebih dekat dari sejarak busur didepanmu
Tuk memberi mu kasih disisi Tuhan-Ku, tuk menerima sayangmu disisi Tuhan-Mu
Dalam tatapan beradu diatas tangis dan tawa, diatas hidup dan mati.
… for my wife : “ terima kasih karena kita pernah bersama melalui batas lapar dan iba, senang rasanya tetap bersama menjalani kebahagian yang cukup ”