Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

3 Sebab yang Belum Kamu Ketahui Mengapa Rini “Bukan Idol” Soemarno Kalahkan Popularitas Rini “Idol”

26 Oktober 2014   19:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:40 18309 0

Siapa yang tak kenal dengan sosok vokalis Rini Wulandari, juara ajang pencarian bakat Indonesian Idol sesi ke-4. Melalui teknik vokal yang mumpuni ditambah materi-materi lagu yang bagus, Rini Wulandari yang telah bertransformasi menjadi Rini Idol, memastikan dirinya masuk ke jajaran peyanyi papan atas Indonesia. Tapi kita pun tahu, pelejit popularitas public figure kita tak hanya berhenti di prestasi dan pencapaian karir namun justru ekspos “sisi lain” lain yang nyaris dapat selalu dipastikan berhasil menjadi pengatrol utamanya. Kita tahu, ekspos terheboh dari Rini Idol adalah drama kisah asmaranya dengan Enji yang berakhir dengan begitu tragis :)

Tetapi sebulanan terakhir ini Rini Idol senyap dari headlines dan pemberitan media. Popularitasnya seolah tertelan oleh Rini lain yang semakin hari semakin terkenal dan menjadi buah bibir media. Ya, Rini Soemarno, mantan Kepala Staf Transisi Jokowi-JK kini menjadi news maker yang nyaris semua ekspos dirinya menjadi trending berita.

Lalu apa penyebab Rini Soemarno popularitasnya begitu meroket mengatasi Rini Idol dan jajaran selebritis Indonesia lainnya? Setidaknya ada 3 hal yang bisa menjelaskannya, dan kesemua penyebab ini membuktikan asumsi awal saya di atas: “sisi lain figure merupakan faktor utama pelejit popularitas”. Bukan prestasi dan pecapaian.

1.Sebab pertama adalah Rini “Bukan Idol” Soemarno menjadi penyebab pertama Jokowi berseberangan pendapat dengan relawan yang selama ini begitu loyal dan tak lelah bergiat mensukseskannya di Pilpres.  Perlu diketahui, Rini didaulat oleh presiden terpilih Jokowi sebagai Kepala Staff Transisi JKW-JK karena pertimbangan pribadinya (di salah satu media, JKW pernah ber-statement bahwa ia kenal baik dengan Rini dan beliau percaya bahwa Rini orang bersih.) Ini bukan posisi sembarangan! Walaupun memang lembaga ini hanyalah lembaga “transisi” yang bersifat insidental tetapi tugas yang diembannya begitu menentukan bagi perjalanan Bangsa ke depan. Di antara kesemua tugas itu, yang paling strategis dan seksi untuk dipertimbangkan adalah menyusun arsitektur kabinet. Tetapi keberadaan Rini yang akhirnya masuk ke dalam kandidat menteri ini mendapat penolakan masif dari banyak relawan. Berita terkait, klik: Ribuan Relawan Jokowi Tolak Rini Soemarno Masuki Kabinet

2.Sebab kedua adalah Rini meninggalkan banyak sekali kontroversi, mulai kedekatan dan kekentalanya dengan keluarga plus patron Cendana yang secara sistemik meluluskan banyak bisnis Cendana di banyak bidang strategis dan kita tahu semuanya berbau korup (reportase klik di sini), prestasinya yang tak begitu optimal sewaktu menjabat menjadi Menperindag di era Megawati (Sumber klik: http://goo.gl/gRQDh0 , http://goo.gl/fquPvQ , http://goo.gl/1nfbT8 dll), dianggap tidak sukses waktu memimpin Astra (Sumber klik http://goo.gl/3MoX1t , http://goo.gl/oUndqq , dll), dan yang paling heboh adalah Rini terindikasi masuk daftar merah KPK yang tidak direkomendasikan menduduki jabatan menteri (Sumber klik: http://goo.gl/1OG4FC , http://goo.gl/HJcf0p , http://goo.gl/KUuGxP , http://goo.gl/YqVmJ0, dll)

3.Penyebab pertama perselisihan pendapat Jokowi (jika sebelumnya dengan relawan) dengan Ketua Umum partainya Megawati. Perlu digaris bawahi bahwa masuknya Rini Soemarno ke dalam tim transisi dan kandidat menteri BUMN adalah murni inisiatif Pak Jokowi, bukan karena intervensi Megawati. Mengutip pernyataan salah seorang anggota Relawan, Eva Kusuma Sundari, “Bu Mega hanya merestui Rini bertugas di tim itu, tetapi semuanya full Pak Jokowi” dan “Bagaimana Bu Mega mau merecoki Jokowi, Bu Mega saja sedang di Amerika Serikat” (Sumber klik: http://goo.gl/gG9oBd, http://goo.gl/x2QJsU ). Ini menarik sekali meningat keinginan Pak Jokowi untuk mendudukan Rini Soemarno begitu kuat sehingga, konon, inilah faktor utama penyebab molornya pengumuman struktur kabinet Jokowi.

Melihat fenomena Rini Soemarno, kita pun mendapatkan kesimpulan baru tentang pelejit popularitas figur. Ternyata bukan hanya ekspos “sisi lain” figur, tapi juga “jadilah kontroversial”. Dan ini dibuktikan betul oleh Rini “Bukan Idol” Soemarno yang mengalahkan popularitas Rini “Idol”.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun