Tintin di Singapura? Apakah itu salah satu judul buku komik kisah Petualangan Tintin (The Adventures of Tintin) ciptaan Herge, komikus asal Belgia? Bukan, memang tak ada serial “Tintin di Singapura”. Tapi bukan berarti tak ada Tintin di Singapura. Paling tidak di negara itu cukup banyak penggemar kisah petualangan sang reporter muda, Tintin, dengan sahabat anjingnya, Snowy atau Milo, dan kawan-kawannya seperti mantan nakhoda kapal Kapten Haddock, ilmuwan Prof. Calculus atau Prof. Lakmus, detektif kembar Thompson dan Thomson, dan banyak lagi.
Buktinya, di Singapura ada “Tintin Shop” yang terletak di Jalan Pagoda, di kawasan Chinatown. Ini adalah toko yang menjual bukan saja komik kisah Petualangan Tintin, tetapi juga berbagai memorabilia lainnya. Mulai dari figurine (patung-patung kecil), kaus, kartu pos, memorabilia dari bahan keramik, mobil-mobilan dan miniatur pesawat yang desainnya diambil dari gambar-gambar dalam kisah Petualangan Tintin itu, dan banyak lagi.
Tempat ini adalah satu destinasi wisata wajib bagi saya, seperti juga yang saya kunjungi Minggu, 7 Juni 2015. Walaupun kali ini tak membeli apa-apa, tetapi cukup puas saya menyaksikan berbagai memorabilia di dalamnya. Apalagi karena di bagian agak ke belakang, pada tiga lemari kaca, dipamerkan memorabilia kisah Petualangan Tintin yang langka dan sukar ditemui. Benda-benda itu tidak dijual dan merupakan koleksi dari pemilik toko “Tintin Shop” tersebut. Jadi bisa dibilang, memasuki toko itu sekaligus memasuki museum mini kisah Petualangan Tintin.
Tapi toko itu bukan satu-satunya yang memamerkan koleksi memorabilia sang reporter yang dalam salah satu cerita berjudul Penerbangan 714 (Flight 714) dikisahkan pernah mendarat di Airport Kemayoran, bandar udara (bandara) internasional Indonesia di Jakarta dan merupakan bandara komersial pertama dan masih dipakai sampai 1985 sebelum sempat dipindahkan ke Halim Perdanakusuma dan kemudian ke Bandara Soekarno-Hatta.
Rencananya, Tintin, Snowy, Kapten Haddock, Prof. Calculus, akan mengikuti suatu seminar di Sydney, Australia. Jadi mereka berangkat dari tempat asal mereka di Belgia, dan transit di Jakarta, sebelum ke Australia. Bertemu dengan seorang miliuner eksentrik, mereka tak jadi meneruskan penerbangan dengan pesawat komersial, tetapi malah diajak sang miliuner naik pesawat miliknya ke Australia.
Apa mau dikata, pesawat itu dibajak, dan jadilah Tintin dan kawan-kawan disandera di sebuah pulau fiktif yang diberi nama Bompa-bompa. Di pulau itu, penduduknya makan sambel cobek dan mereka bertemu pula dengan komodo di sana.
Begitulah ringkasan ceritanya. Kembali ke Tintin di Singapura, selain toko di Jalan Pagoda itu, di negeri tetangga itu ada juga suatu museum yang koleksi benda memorabilia Tintin-nya cukup banyak. Itu adalah museum mainan MINT Museum of Toys yang terletak di Jalan Seah, dekat Hotel Raffles yang terkenal itu.
Di museum ini, bahkan ada patung Tintin bersama Snowy dan patung Kapten Haddock dalam ukuran besar, setinggi tubuh manusia dewasa umumnya. Selain benda-benda memorabilia kisah Petualangan Tintin, di situ juga dapat disaksikan berbagai tokoh komik terkenal, mulai dari Mickey Mouse, Donald Duck, Popeye, Flash Gordon, dan banyak lagi. Bahkan figurine dan memorabilia The Beatles, kelompok musik terkemuka asal Liverpool, Inggris, juga ditampilkan di situ.
Namun kali ini saya tak sempat berkunjung ke sana, karena setelah dari “Tintin Shop” saya memilih berkunjung ke fleamarket mingguan yang diselenggarakan di China Square, hanya sekitar 5 menit berjalan kaki dari Jalan Pagoda.
Setiap hari Minggu di sana digelar semacam pasar loak, tetapi khusus menjajakan barang-barang bekas yang mempunyai nilai koleksi. Mulai dari buku-buku lama, kartu pos, prangko, sampul surat (amplop), figurine-figurine, piringan hitam zaman dulu, jam-jam tangan lama, uang kuno – baik uang kertas maupun uang logam – dan banyak lagi.
Penggagas fleamarket ini adalah sahabat saya, Michael CH Poh. Dia adalah seorang Pembina Pandu atau Pramuka dari Singapore Scout Association, yang juga Ketua Singapore Scout Collectors Club (SSCC), klub komunitas kolektor benda memorabilia kepanduan Singapura. Sehari-harinya dia memang mempunyai toko barang antik (vintage).
Setiap hari Minggu mulai pukul 10.00 sampai 16.00 waktu setempat, Michael mengajak para pedagang benda-benda koleksi untuk berdagang di fleamarket tersebut. Ternyata peminatnya cukup banyak. Contohnya sewaktu saya tiba tadi, sekitar pukul 10.30 WIB. Sudah cukup banyak pengunjung yang hadir. Ketika saya meninggalkan tempat itu satu jam kemudian, pengunjung semakin banyak lagi. Padahal pagi itu, hujan turun di kawasan tersebut, namun tak menghalangi pengunjung yang datang.
Saya memang hadir di Singapura karena diundang Michael dalam rangka kegiatan Singapore International Friendship Fiesta (SIFF), pameran benda-benda memorabilia kepanduan yang sekaligus menjadi pertemuan para kolektor dari mancanegara. Pada SIFF kali ini juga dikukuhkan secara resmi berdirinya SSCC yang telah dirintis Michael dan kawan-kawan sejak setahun lalu.
Menariknya, karena Michael tahu saya amat menggemari kisah Petualangan Tintin, dia memberikan dua pajangan dinding dengan tema Tintin. Wah, kejutan menyenangkan. Tiba di Singapura, dapat hadiah dari salah satu sahabat baik saya di sana. Bertambah lagi koleksi memorabilia Tintin saya. Betapa menggembirakan.