Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Kartu Golden untuk Warga Miskin DKI

23 April 2012   02:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:16 143 1

"Kartu Golden untuk warga DKI paling miskin, biasanya kan untuk yang paling kaya kan", demikian Jokowi, atau Joko Widodo, balon Gubernur DKI 2012 yang berpasangan dengan Ahok dalam acara pendidikan politik warga pemilih yang diselenggarakan kelompok lintas golongan ‘PROfesional’. Hadir Joko Widodo sebagai keynote speaker , tampil juga narasumber Darmaningtyas, Marius Widjaja dan rohaniwan Prof. Frans Magnis Suseno, SJ, dalam diskusi dan tanya jawab yang berlangsung di  Warung Solo, Jeruk Purut, Jln Antasari, Jakarta Selatan (Minggu, 23/4).

Terkait keadaan sekat dan intoleransi yang kadang terrasa di daerah, dan bahkan muncul di ibu kota negara,  Magnis-Suseno menekankan betapa pentingnya kebersamaan untuk menghadapi bersama perkembangan dunia. Modernitas yang dicirikan hedonisme atau hiburan tak sehat, materialisme, hilangnya nilai-nilai kemanusiaan dalam kebersamaan Magnis-Suseno beranggapan.

“Kami akan ke Nadhatul Ulama atau Muhamadiyah, bila muncul masalah dalam hubungan Kristen (Katolik) dan Islam. Masyarakat madani atau civil society terus dibina. Tetapi, masalah sering muncul malah dalam Pemerintahan”, demikian aku guru besar STF Driyakara, yang implisit mengkritisi peran negara yang sering malah menjadi bagian dari masalah karena memanipulasi pluralitas dalam negara. “Hal ini kan saya katakan kepada semua figur (Cagub)”, kata Magnis yang terbuka menyampaikan kehadirannya bukan untuk mendukung figur tertentu.

Darmaningtyas, ahli tata kota yang frustrasi melihat penataan Jakarta, mengherankan pembangunan fisik Jakarta yang kian kacau. “Sumber kekacauan pembangunan kota Jakarta, disebabkan pembangunan kota yang berorientasi ‘proyek’ atau keuntungan. Pembangunan fasilitas jalan dengan tujuan mengurai kemacetan Jakarta, malah ditempatkan di wilayah-wilayah yang tidak pernah masuk agenda Pemda DKI. Kalau orientasinya proyek, dan bukan penataan kota Jakarta yang lebih manusiawi, DKI makin semrawut,” tutur Darmaningtyas yang mengaku frustrasi sosialisasi publik, namun  ia percaya pada figur Joko Widodo.

Kartu Golden untuk Orang Miskin

Pemerhati layanan kesehatan Marius Widjaya mengatakan, bila ada caleg yang berkampanye tentang kesehatan dan pendidikan gratis, itu pembohongan publik. Hal itu dikatakan karena dua alasan: pertama, hak atas kesehatan dan pendidikan itu sudah amanat konstitusi; kedua,  kesehatan dan pendidikan tetap butuh biaya, namun yang menjadi tanggungan negara dan warga yang harus diperhatikan.

Dalam sosialisasi diri sebagai puncak acara, Joko Widodo menyatakan, bahwa bila terpilih, ia akan memantapkan jaminan sosial kesehatan masyarakat. “Ada tiga kategori kartu jamkesmas, yakni gold, silver dan biasa, meniru yang di Bank”, ujarnya sampil menunjukkan tiga jenis kartu dimaksud. “Hanya yang gold untuk yang amat sulit, yang perak untuk mereka yang tidak langsung jelas miskin atau tidak. Dan, yang biasa untuk pelayanan bagi masyarakat tertentu”, sambutnya disambut tepuk tangan hadirin.

Sejumlah tokoh masyarakat yang mengaku datang atas inisiatif sendiri tertarik dengan pribadi Jokowi. “Meskipun saya orang Sunda, saya diterima masyarakat Betawi, karena dianggap orang Betawi”, tutur Daung Zulkanaen. “Kiranya, Jokowi segera mendapat tempat di hati warga Betawi”, katanya berharap sosialisasi diri Jokowi kepada figur.

Program dan wacana boleh sama, tetapi hanya figur jujur dan berintegritaslah yang dibutuhkan. Walikota teladan yang diberikan kepadanya, hanya sebuah formalisasi. Tetapi, Jokowi seperti adanya, memberi pendidikan politik yang kuat, dan masyrakat masih punya harapan. Demikian tutur sejumlah hadirin dalam acara itu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun