Negara kita ini menghidupi paradoks negatif dan menjadi sinisme yang tidak membuat orang risih dan malu, malah sebaliknya seolah bangga dalam ketertinggalan pembangunan negara (maritim). Negara RI yang memiliki wilayah laut 70% dan karena disebut sebagai negara maritim, tetapi pengelolaan negara masih senantiasa dari sudut pandang negara daratan atau land-state, bukan maritime state. Ini mengandung konsekuensi pada timpangnya pembangunan negara kelautannya, yang pada kenyataannya, laut tidak menjadi ‘wahana pemersatu’, tetapi laut de facto tampak seolah sebagai pemisah antar daratan. Sinisme lain adalah bahtera kandas di daratan, karena tidak cukup samudera untuk dilayari. Ini sinisme atas ‘cara pandang’ (weltanschaung) yang berlawanan pada kenyataan geografis nusantara.