Menjadi kebiasaan di Keuskupan Manado, Sulawesi Urara, upacara ritual peringatan Wafat Isa Almasih ditampilkan secara hidup dengan mendramatisasikan Perayaan Jalan Salib, sehingga upacara liturgi dilakukan tampil secara hidup. Tahun ini Jumat Agung wilayah Paroki Tataaran di Keuskupan Manado, perayaan peringatan jalan salib sungguh (6/4/2014) menjadi peringatan yang sungguh aktual.
Meski tidak sedramatis Jalan Salib di sebagian wilayah di Filipina, dramatisasi di Keuskupan Manado umumnya mendekati aktualisasi ekstrim ritual di Filipina itu. Kalau di Filipina pelaku adegan Yesus seringkali ‘dianiaya’ secara hidup, tubuh mendapat luka-luka, kepala di- ‘mahkota-’kan duri sungguhan, dan disalib dengan paku steril. Di banyak wilayah di Manado, dramatisasi umumnya menghadirkan situasi serdadu Romawi, penjajah Yahudi yang menyalibkan Yesus.
Dalam khotbahnya, pastor DR. Joseph Ansow Pr mengatakan, “Aktualisasi jalan salib ini, tidak sekedar untuk menjadi tontonan drama peristiwa yang terjadi hampir 2000 tahun silam. Drama atau aktualisasi jalan salib dimaksudkan untuk memperkuat permenungan sengsara Tuhan sendiri yang pernah dan akan terus dikenang, dirayakan dan dihadirkan dalam upacara ritual liturgi.”
Selanjutnya, doktor jebolan Pontifica Studiorum Universitas SalesianaRoma, Italia ini, mengatakan “Aktualisasi penderitaan Yesus mengingatkan dan menguatkan mereka yang sungguh menderita di jaman kita sekarang hidup, untuk tetap memiliki pengharapan kepada Allah yang hidup dulu, kini dan sepanjang masa.”
Ritual keagamaan di sejumlah daerah di Indonesia, telah menjadi destinasi wisata rohani. Promosi potensi wisata rohani upacara-upacara ritual yang khidmat itu, dapat mendorong kunjungan wisatawan mancanegara ke Sulawesi Utara, yang memiliki potensi wisata laut Bunaken dan keindahan Sangir-Talaut, Bolaang-Mongondouw, dan Minahasa. Drama jalan salib ini dekat dengan tempat Wisata Danau Tondano dan kota bunga Tomohon yang indah.