Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Orang Kristen yang Meresahkan, Meresahkan Kekristenan

6 Juli 2010   15:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:03 803 0
Komunikasi yang rendah dalam kehidupan masyarakat atau bermasyarakat mengarahkan orang untuk mudah menunjuk ke arah orang lain sebelum melakukan introspeksi dan otokritik. Adanya pemberitaan yang terkadang kurang jeli, melahirkan gebyah-uyah (generalisasi) yang tidak perlu.

Terkadang, sebagian orang Kristen (Katolik maupun Protestan) sangat mudah bersikap "right or wrong" dia adalah sesamaku (Kristen). Sikap-sikap sosial dan bermasyarakat yang eksklusif memperbesar keterasingan di tengah sesama warga bangsa yang lain. Bahkan, sesama komunitas Kristennya yang mudah bersosialisasi sebagai warga negara.

Evangelisasi seperti paling ekstrim ditemukan di kalangan sekte Saksi Yehova, yang bahkan amat disindir orang Kristen sendiri, adalah salah satu yang menciptakan dan mengkondisikan keresahan. Cara menyebarkan leaflet atau brosur sekte tersebut, salah satunya, adalah yang paling meresahkan warga Kristen (Katolik maupun Protestan main-stream) di seluruh dunia. Kehadiran sekte Saksi Yehova yang TIDAK MUDAH DIKENALI sesama warga Indonesia yang non-Kristen, dan mayoritas warga Indonesia yang Muslim, adalah salah satu kendala yang telah lama disinyalir dan terus diidentifikasi, dan disampaikan kepada sesama warga negara.

Tentu, Saksi Yehova bukan penyebab tunggal. Ada sekte-sekte Kristen kecil lainnya yang dalam cara ber-evangelizasi terkadang di luar kewajaran cara Gereja2 Kristen Katolik dan Protestan main-stream. Hal itu disadari. Mereka umumnya menempati gedung-gedung yang gampang menjadi sorotan warga sekitar. Meskipun harus segera ditambahkan, bahwa tidak semua yang menempati gedung-gedung lain karena KEADAAN TERPAKSA, tidak langsung disamakan dengan sekte-sekte yang meresahkan itu.

Sosialisasi diri dan upaya pembauran tanpa proselitisme picik sudah lama mejadi bagian yang dijaga dan terus dibicarakan dalam wilayah dialog pemuka agama. Otokritik dan introspeksi cara-cara meresahkan yang ada dan perlu disadari kaum Kristen, tentu akan menjadi jalan menuju dialog sejati dan sosialisasi diri yang dewasa di lingkungan nan majemuk. Bayangkan, antar sesama warga KristenĀ  terkadang hidup anggapan boleh melakukan aksi "saling mencuri domba" di kandang (baca: menjadikan anggota yang sudah Kristen ke golongan Kristen lain), bagaimana hal itu bergeser dan terjadi dengan warga non-Kristen.

Karena, semua hal menjadi tanggung-jawab bersama, bila ada sesama saudara merasa resah dengan tindak-tanduk kita, kita bertanya dulu pada diri sendiri. Bila sudah maksimal melakukannya, kita dapat melakukan dialog dengan antara lain Prof. DR. Jalaludin Rakhmat, atau akrab disapa Kang Jalal atau yang banyak orang muda lainnya, tentang cara hidup bersesama warga negara Indonesia, yang kebetulan berbeda keyakinan.

Wong, Kang Jalal dan almarhum Gus Dur yang disegani saja pun terkadang harus menghadapi kesulitan membela pluralisme, ya, membela kemanusiaan universal. Orang Kristen yang meresahkan Kekristenan dapat membaca Ulumul Qur'an (Lembaga Studi Agama dan Filsafat - LSAF) on line, atau sumber lainnya, agar menemukan wajah damai Islam. Tidak menerima citra Islam hanya dari Ormas tertentu, yang bertindak kasar di tengah masyarakat, yang menurut Kang Jalal seringkali demi kelompok kepentingan tertentu yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan Islam.

Berbeda dari hampir 20 tahun lalu ketika saya mempresentasikan skripsi Dialog Muslim-Kristen di alma-mater Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleg, Manado, optimisme dan realitas dialog warga negara Indonesia telah begitu jauh terbuka dan dewasa dari yang pernah diimpikan. Kebanggaan menjadi warga negara Indonesia 100% dan warga Kristen 100%, seperti dikumandangkan Romo Franciscus Georgius Josephus van Lith (atau lebih dikenal Romo van Lith) dan dipopulerkan pahlawan nasional Mgr.Soegiyopranoto, memberikan kebanggaan menjadi warga negara Indonesia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun