"Basrief Arief: Terima kasih bu, arahannya sudah saya terima, langsung saya rapatkan dengan teman-teman.
Megawati: Itu anu, sampean jangan khawatir, soal media saya ke Pak Surya, nanti beliau yang berusaha meredam.
Basrief Arief: Makasih bu, eskalasi pemberitaan beberapa hari agak naik, tapi alhamdulillah trendnya mulai menurun. Tim kami sudah menghadap Pak Jokowi meminta yang bersangkutan agar tidak terlalu reaktif ke media massa.
Megawati: Syukurlah kalau begitu, intinya jangan sampai masalah ini (kasus Transjakarta) melemahkan kita, bisa blunder hadapi Pilpres, tolong diberi kepastian, soal teknis bicarakan langsung dengan Pak Trimedia dan mas Todung, aku percaya sama sampaean.
Basrief Arief: Tadi sore kami sudah berkoordinasi, insya Allah semuanya berjalan lancar, mohon dukungan dan doanya bu. Saya akan berusaha maksimal, Pak Trimedia juga sudah menjamin data-datanya.
Megawati: Amien, semua ini ujian, semoga tidak berlarut-larut, apa sih yang enggak dipolitisir, apalagi situasi kini makin dinamis, tapi saya percaya sampean dan kawan-kawan bisa meyakinkan ke media, saya percaya bisa diatasi, jangan kasus ini Pak Jokowi jadi terseret dan membuat agenda kita semua berantakan.
Basyrief Arief: "Insya Allah saya usahakan, sekali lagi terima kasih kepercayaan ibu kepada saya dan teman-teman, kita komit kok bu, untuk urusan ini (kasus Transjakarta) saya pasang badan."
http://m.okezone.com/read/2014/06/18/567/1000667/beredar-transkrip-pembicaraan-megawati-jaksa-agung-soal-kasus-transjakarta
Entah apakah transkrip ini benar atau tidak tapi seperti sudah dapat diduga, pihak Kejaksaan Agung dan pihak Timses Jokowi-JK sudah membantah. Terlepas dari bantahan para pihak, namun saya cenderung menilai kemungkinan besar transkrip tersebut benar dengan beberapa alasan berikut:
Pertama: tidak seperti "bocornya" surat Jokowi ke Kejagung dan DKP, sejak awal pembocor transkrip percakapan di atas langsung mengakui dan menyatakan siap bertanggung jawab yaitu Ketua Progress 98, Faisal Assegaf. Saya tidak kenal pembocornya, namun sulit percaya bahwa yang bersangkutan akan berani pasang badan bila dia tidak yakin bahwa transkripnya asli, minimal pasti sudah mendengar rekaman yang menjadi dasar pembuatan transkrip.
http://m.okezone.com/read/2014/06/18/567/1000775/penyebar-percakapan-megawati-basrief-harus-tanggung-jawab
Kedua: Membaca kalimat yang diucapkan tokoh Megawati saya melihat sepertinya memang itu tata bahasa Megawati. Silakan bandingkan dengan cara bicara Megawati yang sudah beredar selama ini.
Ketiga: penyebutan nama Trimedya Pandjaitan oleh sosok Megawati masuk akal karena Trimedya adalah anggota Komisi III sedangkan Polri maupun Kejaksaan Agung adalah mitra kerja Komisi III. Baru-baru ini Trimedya juga tertangkap basah bertemu anggota Polri aktif yaitu Komjen Budi Gunawan dan komisioner KPU Hadar Gumay yang diduga untuk membocorkan soal debat kepada Jokowi.
http://www.tempo.co/read/news/2014/05/26/078580347/Kalla-Gunakan-Jenderal-Rekening-Gendut-Dekati-Mega
http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/06/09/269583624/Bertemu-Trimedya-Budi-Gunawan-Diserang-Kubu-Prabowo
Keempat: Penyebutan nama Todung Mulya Lubis juga masuk akal sebab "senjata andalan" yang bersangkutan dalam berpraktek selama ini adalah jaringannya kepada petinggi negara dan hal tersebut dia gunakan untuk melakukan lobi-lobi kepada petinggi negara untuk kepentingan kliennya sekalipun ada beberapa lobinya yang jelas-jelas melanggar hukum, contoh:
a. Tertangkap basah bertemu Jaksa Agung untuk melobi supaya Kejaksaan melepas empat terdakwa (sekarang terpidana) kasus mega korupsi Bioremediasi.
http://m.hukumonline.com/berita/baca/lt506b053a5fd49/pertemuan-jaksa-agung-dengan-kuasa-hukum-chevron-dikritik
b. Ada beberapa entry dalam buku Catatan Harian Todung Mulya Lubis terbitan Kompas yang jelas-jelas mengakui dia melakukan lobi-lobi kepada pejabat negara perihal kasus yang ditangani, contoh tanggal 24 Agustus 2009 dia bertemu dengan hakim MK Mufti Fajar dan membahas mengenai perkara hak uji materi UU Advokat yang sedang berjalan di Mahkamah Konstitusi padahal Todung Mulya Lubis memiliki kepentingan langsung agar KAI diakui sebagai organisasi advokat oleh MK karena dia udah dipecat secara permanen oleh Peradi dan saat itu menjadikan KAI sebagai sekoci penyelamat. Apapun alasannya bertemu dan mendiskusikan kasus tentang diirnya dengan hakim pemeriksa perkara tanpa didampingi lawan perkara adalah tidak etis dan melanggar hukum.
Kelima: saya sendiri pernah mendengar kabar angin bahwa ada tekanan dari kubu Jokowi kepada Kejaksaan Agung supaya tidak melibatkan Jokowi dalam perkara TransJakarta. Saat itu saya tidak yakin kebenaran kabar angin tersebut, tapi nyatanya transkrip pembicaraan Mega-Basrief Arief bocor ke publik.
Nah, perkembangan kasus ini selanjutnya harus ditunggu tapi saya perkirakan kubu Jokowi-JK pasti sedang dilanda kepanikan luar biasa. Saya selalu percaya Tuhan pasti melindungi Indonesia dari kubu Jokowi-JK dan akan melindungi Prabowo-Hatta, buktinya, Jokowi-JK keluarkan fitnah soal babinsa tiba-tiba Tuhan membawa Arief Puyono ke Sate Khas Senayan dan mempertemukan dia dengan pertemuan rahasia Trimedya-Budi Gunawan-Hadar Gumay; kemudian Jokowi-JK keluarkan fitnah mengenai DKP, sekarang percakapan Megawati dan Basrief Arief untuk mengintervensi kasus Transjakarta bocor ke publik. Luar biasa!!