Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Bernadetha Oktaviyani: Kuraih Togaku di Tanah Leluhurku

22 Desember 2013   21:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:36 76 1

Meraih mimpi di tanah orang selalu menjadi dambaan banyak anak muda dari sebuah pulau – yang kata orang terpencil – bernama Flores. Betapa tidak, setiap tahun ratusan anak muda dari Flores meninggalkan pulau kecil ini menuju Pulau Jawa dan masuk ke berbagai universitas yang ada di sana. Para orangtua juga tidak ketinggalan mencari universitas terbaik untuk anak-anaknya. Semuanya dilakukan karena ingin mendapatkanperhatian dari orang-orang yang ada di sekitar lingkungan kehidupan mereka. Sebagian orangtua merasa sangat bangga apabila anaknya bisa menjadi bagian dari Perguruan Tinggi di Pulau Jawa. Sebuah kebanggaan yang memang tak bisa dilarang oleh siapapun. Mereka akan melakukan apa saja asalkan mereka mendapat penghargaan tersendiri karena anak mereka dapat menempuh pendidikan di Jawa. Barangkali Pulau Jawa dianggap sebagai tanah terjanji. Tapi, apakah memang Pulau Jawa adalah tanah terjanji? Tentu masih butuh waktu untuk merefleksikan lebih jauh.

Pengalaman meraih sukses di tanah Jawa dalam hal ini tidak berlaku bagi Bernadetha Oktaviyani. Gadis kelahiran Bekasi, 15 Oktober 1991 ini malah membuat sebuah hal yang berbeda dan bisa dikatakan mengejutkan. Setelah menamatkan pendidikan dasar dan menengah yang semuanya dilalui di Bekasi, Detha – demikian gadis ini biasa disapa – kemudian melanjutkan kuliahnya di Universitas Nusa Nipa (UNIPA) Maumere. Sebuah hal yang tentu saja bisa membuat banyak orang menjadi bingung. Ketika begitu banyak anak muda memilih melanjutkan kuliah di Pulau Jawa, Detha malah memilih untuk kuliah di Maumere. Sejak tahun 2009, ia berjuang bersama rekan-rekan seangkatan dan akhirnya resmi menjadi sarjana keperawatanpada Senin, 25 November 2013 Detha meraih mimpinya dalam sebuah sukacita yang luarbiasa walaupun bagi banyak orang ia tetap melakukan sebuah hal yang mengundang pertanyaan. Ia menempuh sebuah perjalanan yang berbeda dengan anak muda kebanyakan.

Kisah meraih gelar sarjana memang merupakan sebuah kisah yang barangkali dianggap basi dan sudah tak berguna sama sekali untuk disimak. Namun, kisah yang dijalani Detha adalah kisah menarik yang mestinya menjadi sebuah refleksi panjang untuk anak muda di tanah bernama Flores ini. Ketika ditemui penulis di kediamannya di Wairklau-Maumere, Detha menuturkan pengalamannya dengan penuh sukacita. Ia menuturkan bahwa pada mulanya ia ingin menempuh kuliah keperawatan di Jakarta tapi entah mengapa ia ternyata memilih untuk melanjutkan kuliahnya di Flores (baca: Maumere). Putri sulung Lambertus Klemensius dan Yosephina Kordula ini menuturkan bahwa salah satu kerabatnya-lah yang mengajak dia untuk berkuliah di Flores. Apalagi sejak kecil ia belum pernah tinggal dalam waktu yang cukup lama di tanah asal kedua orangtuanya. Ia tidak berusaha untuk menolak ajakan itu karena baginya ini merupakan sebuah tantangan tersendiri. Pada mulanya ada banyak kesulitan tetapi lama kelamaan ia merasakan bahwa berkuliah di Flores adalah sebuah kebahagiaan tersendiri. Selain ia dapat merasakan kehidupan tanah leluhurnya, ia juga bisa menjadi semakin mandiri karena kenyataan di Bekasi tentu sangat berbeda dengan kenyataan yang ia jumpai di Maumere. Ia berbahagia dan ini mamacunya untuk giat berjuang menjalani segala proses yang ada di Universitas Nusa Nipa.

“Kuliah itu tidak harus ke Jawa. UNIPA juga sebuah tempat yang luar biasa untuk pembentukan diri menjadi seorang perawat yang baik. Saya meninggalkan Bekasi karena saya mempunyai keyakinan kalau di UNIPA saya bisa meraih mimpi-mimpi saya,” ujar gadis yang menyukai mie ayam ini. Sebuah ungkapan yang patut menjadi sebuah catatan penting bagi semua pembaca. Semua orang Maumere seharusnya menjadi bangga dengan salah satu universitas yang sepertinya semakin hari semakin berkembang ke arah yang lebih baik. Pengalaman yang telah ditulis oleh Detha dan teman-temannya adalah pengalaman yang menjadi catatan penting untuk direnungkan dalam perjalanan waktu selanjutnya. Titik penting yang mesti mulai dibangun adalah, “semua universitas adalah tempat yang baik untuk belajar. Intinya orang memiliki kemauan untuk terus belajar.” Selamat untuk Detha yang telah meraih toganya di tanah leluhurnya sendiri bukan karena dia tak menyukai tempat ia dibesarkan tetapi karena ia ingin membuktikan bahwa di tanah leluhurnya sendiri ia bisa menemukan apa yang menjadi impiannya. Selamat juga untuk para mahasiswa lainnya yang telah berhasil memperjuangkan apa yang menjadi impian mereka. Sukses akan datang bagi mereka yang mau berjuang.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun