Anak biasanya hanya memperhatikan salah satu ciri benda yang menurutnya paling menarik untuk membuat suatu kesimpulan. Cara pengambilan kesimpulan seperti itu disebut cara berfikir transduktif. Misalnya anak pernah melihat balon berwarna merah dengan gambar yang menarik, maka ketika ia akan membeli balon ia akan memilih balon yang berwarna merah. Anak Tk juga masih sulit membuat generalisasi atau menarik kesimpulan yang mencangkup semua fakta. Sebagai contoh, anak di hadapkan pada suatu keranjang buah-buahan yang di dalamnya ada pisang,semangka,salak dan langsap. Kemudian  ditanyakan apa isi keranjang tersebut, maka anak akan menjawab dengan menyebutkan satu persatu isi keranjang tersebut, yaitu pisang, langsat,salak, dan semangka berturut-turut sesuai apa yang digemarinya. Mereka tidak mengambil kesimpulan bahwa isi keranjang tersebut adalah buah-buahan. Dari berfikir anak TK diatas, hal yang mempengaruhi kegiatan belajar anak juga adalah bergantung pada tipe kecerdasan dan modalitas belajar anak yang berbeda. Sehingga pembelajaran tiap anak juga akan sangat menentukan keberhasilan mereka. Modalitas belajar ialah semua organ indra yang mendukung fungsi belajar anak. Ada anak yang memiliki pendengaran yang tajam, selain itu ada anak yang penglihatannya tajam atau perabaanx yang sensitive. Di sisi lain ada anak yang memiliki perasaan yang peka. Semua modalitas belajar tersebut selanjutnya di gunakan untuk belajar.
     Belajar sebenarnya  mengandung arti bagaimana kita menerima informasi dari dunia sekitar kita dan bagaimana kita memproses dan menggunakan informasi tersebut. Mengingat setiap individu memiliki ke unikan tersendiri dan tidak pernah ada dua orang yang memiliki pengalaman hidup yang sama persis, hampir dipastikan bahwa " Gaya Belajar " masing-masing orang berbeda satu dengan yang lain. Namun,  di tengah segala keragaman " Gaya Belajar" tersebut, benyak ahli mencoba menggunakan klasifikasi atau pengelompokan " Gaya Belajar" untuk memudahkan kita semua, khususnya para guru, dalam menjalankan tugas Pendidikan dengan lebih strategis.
     Gaya belajar menjadi salah satu factor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Gaya belajar terbagi tiga yaitu, gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Peserta didik mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. sehingga penting untuk mengetahui gaya belajar apa yang cocok diterapkan dalam proses pembelajaran. selain gaya belajar, prestasi belajar peserta didik  juga dipengaruhi oleh motivasi. Motivasi belajar yang tinggi akan menumbuhkan minat terhadap pembelajaran. Hal ini merupakan tantangan berbagai pihak dalam meningkatkan moto Pendidikan melalui proses pembelajaran yang efektik dan efesien. Sehingga tujuan artikel ini adalah memberikan penjelasan tentang hubungan "Gaya Belajar  Dan Motivasi terhadap prestasi belajar Peserta Didik"
     Dalam kegiatan belajar mengajar pasti ditemukan anak didik yang malas berpartisipasi dalam belajar. Sementara anak didik yang lain efektif berpartisipasi dalam kegiatan. seorang atau dua anak didik duduk dengan santainya di kursi mereka dengan alam pemikiran yang jauh entah kemana. Sedikitpun Tidak tergerak hatinya untuk mengikuti pelajaran dengan cara mendengarkan penjelasan guru dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
     Ketiadaan minat terhadap suatau mata pelajaran menjadi pangkal penyebab kenapa anak didik tidak bergeming untuk mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Itulah sebagai pertanda bahwa anak didik tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Kemiskinan motivasi instrinsik ini merupakan masalah yang memerlukan bantuan yang tidak biasa yang di tunda- tunda. Guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi ektrinsik. Sehingga dengan membantu anak didik dapat keluar dari kesulitan.
     Bila motivasi ekstisik yang diberiakan itu dapat membantu anak didik keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar, maka motivasi dapat di perankan dengan baik oleh guru. peranan yang di mainkan oleh guru dengan mengandalkan fungsi-fungsi motifasi merupakan langkah yang akurat untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif  bagi anak didik.
     Baik motivasi instrinsik sama berfungsi sebagai pendorong, penggerak, dan penyeleksi perbuatan.Ketiganya menyatuh dalam sikap terimplikasi dlam perbuatan. Dorongan adalah fenomena psikologis dari dalam yang melahirkan hasrat untuk bergerak dalam menyeleksi perbuatan yang di lakukan. karena itulah baik dorongan atau penggerak maupun penyeleksi merupakan kata kunci dari motivasi dalam setiap perbuatan di dalam belajar.
     Untuk  jelasnya  ketiga motivasi dalam belajar tersebut di atas, akan di uraikan pembahasan sebagai berikut.
        1. Motivasi sebagai pendorong perbuatan
         Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk  belajar, tetapi karena ada sesuatu yang di cari muncullah minatnya untuk belajar. sesuatu yang belum di ketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar, dalam rangka mencari tahu. Motifasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya, anak didik ambil dalam rangka belajar.
        2. Motifasi sebagai pergerak perbuatan
         Dorongan  psikologis yang melahikan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak berbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. Disini anak didik sudah melakukan aktivitas belajar dengan segenap raga dan jiwa. Akal pkiran berproses dengan sikap pada yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar. Sikap berada dalam kepastian perbuatan dan akal pikiran mencoba membedah nilai yang terpatri dalam wacana, prinsif dalil, dan hokum sehingga  mengerti betul isi yang dikandung.
        3. Motifasi sebagai pengarah perbuatan
         Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana  perbuatan yang di abaikan. Semoga anak didik yang ingin mendapatkan sesuatu, dari suatu mata pelajaran tertentu, tidak mungkin di paksakan untuk mempelajari mata pelajaran.