Mohon tunggu...
KOMENTAR
Otomotif

Lampu HID: Enak di Elu, Silau di Ane

17 September 2012   06:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:21 10029 9
Mobil Anda menggunakan lampu depan yg super terang, sinarnya putih mencorong? Percayalah, walaupun lampu itu bisa menunjukkan berapa isi kocek Anda (karena yg pakai biasanya mobil2 premium) tapi secara social responsibility nilainya malah minus.

Pengendara dari arah berlawanan merasakan silau yg luar biasa. Saat mata harus berkonsentrasi melihat ke depan, tiba2 malah dihadang sorot sinar yg bikin mata pedas. Seperti melihat sebilah pedang yg tajam berkilau. Ini bukan retorika (#efek nonton debat pilkada DKI), tapi benar2 saya alami pas musim hujan beberapa tahun lalu.

Sudah petang, saya nekat jalan menerobos hujan. Ditunggu2 hujan gak reda2, malah tambah lebat. Ya sudah jalan saja. Menunggu hujan usai kerja itu sungguh tak mengenakkan. Dingin, sepi sementara di rumah ada makanan, cemilan, kopi, bantal dan televisi. Satu, dua, tiga....go.......bruummm....menggeber onta Jepang meninggalkan tempat mencari nafkah.

Baru beberapa ratus meter berjalan, di simpang jalan ketemu genangan air cukup tinggi. Gila, saking derasnya hujan, got di tepi jalan tak mampu menangkap air lagi. Bahkan bisa jadi gotnya mampet, karena .......tau sendiri kan......... di Indonesia got merangkap jadi bak sampah.

Seorang teman pernah kecemplung got gara2 sudah tak bisa lagi membedakan mana jalan, mana trotoar, mana got. Kalau cewek mungkin ia sudah nangis meraung-raung. Tapi karena cowok ia berusaha tabah, hahhahahha. Pertama shock, tiba2 badan dan motor nyemplung kali (parit). Kedua, susah payah mengangkat motor ke daratan. Ketiga, macet mesin itu pasti. Dan itu berarti harus menuntun motor sambil berhujan-hujan. Keempat, mesti servis berat. Ia menyesali tangki bensin beserta selang2nya yg kemasukan air.

Lewat "kubangan kerbau" gini harus pelan2, sabar walau badan menggigil dan muka seperti dilempari batu. Lalu lintas kacau, semua tak mengindahkan lampu bangjo. Saling memahami saja, semua berjalan pelan. Langit gelap, semua menyalakan lampu kendaraan.

Lepas dari kubangan air, menembus pusat kota. Tempat saudara2 Ahok (huss......sara) menambang emas.  Sentra perdagangan, bank dan agen travel. Kalau belanja di sini jangan harap ketemu cewek2 ayu dan cowok2 wangi. Semua pembelinya cowok2 anti metroseksual. Gak ada yg wangi, rambut klimis, ataupun baju bermerk. Meski begitu omzet perdagangan bisa ratusan juta per hari.  Karena yg dijual dan dibeli mesin2 dan alat2 tehnik, hehehhehe. Lho..kok mpok tau? Kan mpok sering ke sana, jadi satu2nya first lady yg belanja, hehehhhe.

Lewat "jalan barongsai" ini mesti konsentrasi tinggi karena kacamata kabur akibat dihajar hujan. Gak boleh meleng sedikitpun karena di tepi jalan banyak terparkir kendaraan. Parkirnya pun gak anteng2. Ada saja yg keluar masuk.

Dari arah berlawanan terlihat cahaya terang benderang, sinar lampunya aduhai. Crong, putih menyala bikin silau. Pandangan jadi hilang, seperti buta sesaat. Saya mengurangi kecepatan. Cepetan laju dong bil mobil...., mata dah sakit nih.

"Orang kaya edan," batin saya.

Benar2 membahayakan orang lain. Itu baru satu mobil, gimana kalau banyak mobil beriringan dengan lampu begitu semarak. Huh, maunya beda dengan lampu mobil lain, tapi efeknya bikin pedas mata pengendara lain. Coba kalau saya menubruk kendaraan di depan, apa gak celaka kami. Usai mobil itu lewat (alamak gedenya itu mobil, gayus2 pasti ketawa senang dapat setoran pajak mobil segagah itu) terpikir di kepala, pasti gantian kendaraan2 di belakang saya yg merasakan neraka jalanan itu.

Sampai di rumah saya curhat dengan ipar yg sedikit ngerti tentang mobil.

"Apa sih hebatnya lampu mobil yg yg sinarnya putih tajam itu?"

"Lebih terang, tembus hujan juga."

Tembus hujan itu maksudnya pandangan ke depan tetap jernih walaupun ada hujan lebat.

"Mahal gak?"

"Ratusan ribu. Kalau pakai proyektor biar sinarnya fokus gak bias ya ampe jutaan."

Harga yg sepadan untuk bergaya dan kelihatan paling crong.

********

Seminggu yg lalu saya nyervis motor di di bengkel langganan. Saya suka tempat ini karena sebelahnya ada toko kosmetik dan depannya ada warnet. Karena tempat servis itu pelayanannya bisa dipercaya, daripada nunggu biasanya saya main ke warnet atau jalan2 ke toko kosmetik.

Ada lho bengkel yg tak bisa dipercaya. Karburasi gak dicuci pakai bensin, aki gak dicek, busi gak dilihat. akibatnya saya sering macet di jalan. Bahkan dibilang motor kok gak pernah diservis. Padahal tiap bulan udah rutin ke bengkel. Semprul, ane dikibulin dealer mahal. Gedung bagus tak menjamin servis ok.

Kalau sudah macet, uang mendadak melayang untuk ganti spare part, hati was2 takut dijahati orang, masih juga keringatan karena harus nuntun ke bengkel yg belum tentu dekat jaraknya. Sejak ke bengkel terpercaya ini si onthel baik2 saja. Kalau ada suku cadang yg sudah usang mekaniknya ngasih tau. Jadi anggarannya bisa diperkirakan jauh hari.

Kali ini saya lagi kere. Duit harus dihitung cermat, pengeluaran yg tak penting diminimalisir. Apalagi si mbak spg ngasih sebotol teh awetan. Jadi saya gak keluyuran, duduk manis saja  menunggu montir bekerja. Ngisi waktu dengan membaca koran kompas yg tergeletak nganggur.

Suplemen Kompas berjudul Otomotif juga menarik dibaca. Eh disitu ada artikel tentang lampu HID. Oooohhh... ternyata lampu putih bersinar tajam di mobil yg bikin saya dendam kesumat itu bernama lampu HID (High Intensity Discharge).

Kompas pun mengupas bahaya lampu HiD yg menyilaukan itu. Penulisnya malah mengatakan bagai lampu petromax di warung nasi goreng. Hahhahahha.... lucu juga ya. Seribu persen saya setuju dengan ulasan kompas itu. Ternyata yg ngalami silau gara2 ulah komodo sudah banyak.

Selain di harga, apa bedanya lampu HID dengan lampu biasa? Yang ini saya harus minta bantuan ke google. Malu kalau tanya2 ke toko variasi tapi gak beli. Emang mau dipasang di onthel ya? Untuk motor juga ada, tapi saya belum pernah berpapasan dengan motor ber HID. Katrok kalee....atau saya yg kurang piknik.

Lampu biasa berbahan gas Halogen. Itu sebabnya dinamakan lampu halogen. Umurnya lebih pendek, cepat putus filamen tungstennya. Sinar dari halogen berwarna kuning biasa.

Lampu HID berbahan gas Xenon, garam logam halida dan merkuri. Itu sebabnya lampu HID punya nama lain lampu Xenon. Ketiga komponen tsb membentuk lengkungan arus tegangan tinggi yg bersatu, menyebabkan cahaya sinar cerah mirip lampu neon. Cahayanya berwarna putih terang dan biru. Sinarnya lebih terang dari lampu konvensional, tapi celakanya bikin pengendara lain lebih silau.

Lampu HID lebih awet karena tidak menggunakan filamen tungsten tetapi menggunakan elektroda listrik yg menghasilkan busur listrik. Seperti namanya HID, keunggulan lampu ini adalah mampu menghasilkan cahaya dengan tingkat intensitas yg tinggi.

Tips aman bila berpapasan dengan kendaraan berlampu HID:

1. Jangan pernah melihat ke arah sumber cahaya. Bikin sakit mata. Sifat lampu mobil tsb melebar, apalagi kalau tanpa proyektor.

2. Kurangi kecepatan untuk menghindari bersentuhan dengan kendaraan lain atau ada penyeberang jalan. maklum mata anda sudah silau setengah mati, jadi tak bisa melihat apa yg ada di depan.

3. Kalau di belakang Anda ada mobil pakai lampu HID (pasti terasalah, kan sinarnya mencorong sekali) biarkan dia lewat lebih dulu. Daripada Anda dapat sinar laser kan, hehehhee.

Tips bagi pengguna lampu HID:

1. Kalau pasang lampu HID idealnya juga pasang proyektor. Proyektor berfungsi untuk lebih mengarahkan sinar lampu fokus ke depan dan mendapatkan batas cahaya yg jelas. Lampu halogen mengarah ke depan dan bawah. Sementara lampu HID tanpa proyektor sinarnya mbleber ke depan, bawah, samping dan atas. Proyektor ini yg mahal. Biar pengendara lain juga aman jangan beli HID tapi tancap gas di proyektor ya... silau man......Mungkin itu yg saya alami pas kena silau pedang malaikat, HID tanpa proyektor.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun