Wedew... berat juga sayur 1 karung. Apalagi sepedanya tak ada boncengan di belakang. Terus karung dinaikkan becak, saya naik sepeda. Ngonthel ke pasar lain.
Sampai tujuan, karung diturunkan dari becak, saya markir sepeda. Keliling pasar dengan menyeret karung mencari tempat jualan. Saat hendak ambil tempat dimarahi orang, "Itu ada yg punya, jangan dipakai." Hiii... galak bener pedagang pasar. Terus jalan lagi cari tempat lain. Eits ada pedagang baik hati, "Tuh...di situ aja, yg punya baru libur. Bisa dipakai." Alhamdulillah....makasih buk.
Sudah dapat tempat, karung dibuka. Sayur mayur didasarkan. Satu, dua, tiga menit belum ada orang beli. Dag dig dug kalau gak laku mau diapakan sayur sekarung ini. Yg lebih merisaukan: kehilangan uang modal.
Terus ada ibu muda cantik lewat. Mulut saya mulai cerewet promosi. "Sayuran bu...mari...."
Senengnya hati saat ibu itu mau berhenti dan tangannya mulai memilih2 sayur. Dalam hati teriak kegirangan. "Horeeee.... akhirnya laku juga." Teori JB Say benar, ada penawaran ternyata bikin orang mendekat (ada permintaan).
Lebih senang lagi saat ibu itu tanya2 harga dan mengeluarkan uang dari dompetnya. Deal. Dia pembeli pertama.
Lalu pasar mulai ramai. Yang lewat di los2 makin banyak. Mulut saya cerewet lagi. "Mari bu..sayurnya bagus2."Â Tak sia2 menawarkan dagangan. Satu per satu sayur laku terjual. Ada juga orang yg melirik saja. Itu pun sudah bikin hati senang. Daun2 hijau segar sudah bisa membuat orang untuk melirik.
Di depan saya ada penjual2 daging ayam. Ada yg laris, ada yg biasa. Lalu ada pedagang keliling yg teriak2, "Serbet2, tambal panci, handuk2...". Semua berlomba mendapatkan pembeli. Benar2 merasakan susahnya cari duit.
Lalu ada juga calon pembeli yg membanting sayur. Owh... harga yg saya tawarkan terlalu mahal. Terus saya turunkan harga biar pembeli gak kecewa. Saat paling menyenangkan ketika ada ibu yg membeli sayuran dalam jumlah besar. Wiiihhh...dagangan cepat habis. Pasti ia penjual makanan atau pengusaha catering.
Sudah keringatan karena tadi mengayuh sepeda, perut lapar dan gak nyangka dagangan bisa habis. Saatnya pulang, gak peduli untung atau buntung yg penting dagangan habis.
Sampai rumah saya buka kantong gandum tempat menyimpan uang dari para pembeli tadi. Seribu...dua ribu...sepuluh ribu....cukup banyak juga dapatnya. Dan ternyata...balik modal. Masih ada sisa sedikit, sudah bagus. Namanya juga coba2 nguji teori. Hati senang karena teori JB Say benar. Tapi gak berminat jualan lagi di pasar. Ngeper dan malu dimarahi orang kalau nyerobot tempat sembarangan. Kalau sewa mahal, gak punya modal (Ada yg mau modalin? wkwkwkwk).
Pengalaman kedua saat buku pak Dosen menjadi bacaan wajib mahasiswa. Sebagian teman sudah ada yg punya, sebagian belum. Saya pun datang ke penerbit, mau beli beberapa untuk kawan juga. Saya tau alamat penerbitnya, kalau kawan2 kan belum, hehehhehe.
Sama bagian penjualan ternyata dikasih tau bayarnya harus cash. Whattt??! Gila apa, seratusan ribu lebih untuk dagangan yg belum jelas laku atau tidak. Kesalahan saya tentu tidak mengkoordinir teman2Â dulu siapa saja yg mau pesan. Mau ambil 1, jauh2 kok cuma 1. Mau ambil banyak duit siapa pula. Akhirnya saya ambil 10 atau 15 (lupa). Waktu itu saya nyambi kerja jadi office girl. Jadi mahasiswi tapi tiap bulan udah terima gaji. Biar kuli tapi kantong tebal yawww #gaya. Resikonya datang kuliah sering terlambat.
Dengan uang gaji itu saya bayar cash untuk segepok buku pak dosen. Gambling. Laku syukur, gak laku ya dipakai sendiri (biar nilainya A+++ karena sudah belajar dgn banyak buku, hehehehe).
Di kampus buku2 itu mendapat sambutan manis dari teman2. Kalau saya gak menyisihkan duluan buat sendiri bisa2 gak kebagian. Nah lhoooo... ternyata gak ada satupun yg tersisa. Laris manis. Seorang teman yg biasa bisnis mengacungkan jempol. Byuuhhhh... ane gak ambil laba yaww, kan buat teman sendiri, hehehhe.
Pengalaman ketiga jualan sticker. Ini sih untuk penggalangan dana. Stickernya lucu2. Pinter nih desainernya, tau selera anak2 muda. Terus dijualnya pas ada musyawarah pemuda. Kan banyak orang ngumpul tuh di sana. Senang lihat orang2 tertarik pada stickernya, milih2 terus pada bayar. Wew... senengnya dagangan laris dan kegiatan amal tambah kas.
Pengalaman keempat (jangan ditiru) saya dan adik disuruh bapak ngantar order ke pelanggan. Kata bapak harganya sekian. Sampai tujuan saya bilang ke pemesan harganya sekian plus plus. Si pembeli ngasih uang yg saya katakan. Terus beliau masih nambahi, "Ini untuk kalian berdua." Rasanya maluuu sekali. Sudah nambil untung masih juga dikasih tip.
Cukup sekali itu saya berbohong. Seterusnya tak berani macam2. Takut gak dipercaya orang atau usaha bapak dijauhi pelanggan. Dan 1 lagi yg saya hindari: MLM. Saya gak pernah tertarik untuk ikut sistem penjualan berantai. Kesannya maksa2 orang untuk beli. Jadinya orang beli karena kasihan, bukan karena memerlukan.
Itulah beberapa pengalaman coba2 berwirausaha. Anda tertarik? Cobalah, penawaran menciptakan permintaan.
**********************
Mumpung masih di bulan Syawal
"Selamat idul fitri 1433H. Taqobalallohu minna wa minkum. Untuk semua kompasianer dan silent reader mohon maaf lahir & batin. Tulisan dan komentar saya sering gak menyenangkan. Terimakasih"