Ke 2 sosok heboh tersebut di atas memang kontraversial. Untuk Lady Gaga, penampilannya yang heboh, vulgar, sensual dan lirik lagu "Judas" yang menyerang Gereja. Untuk Irshad Manji, ide yang dia cetuskan (yang sesungguhnya bukan sesuatu yang baru) tentang keberanian untuk bicara, termasuk menyatakan kecenderungan orientasi sexualnya.
Tak mudah tentu saja untuk menerima sosok konntraversial masuk dalam suatu tatanan masyarakat konservatif kita. Serbuan sensualitas dan vulgarisme mengepung kita dari berbagai arah. Lady Gaga hanya salah satu dan bagian kecil dari itu. Beberapa pihak mengaitkan dengan konsep-konsep semacam Liberalisasi atau Freemansory dll. Begitu juga ide/pemikiran Manji juga menyerbu masyarakat kita. Terlebih dengan tehnologi informasi yang ada sekarang, banjir informasi -yang sebagian informasi sampah- akan memberi masyarakat kemudahan untuk mengaksesnya.
Saya bersimpati bagi pihak yang kontra, karena merasa ada kemapanan yang coba untuk digoyang oleh sosok kontraversial -yang menurut mereka tak berguna. Dan bagi yang pro, karena berangkat dari spirit kebebasan berekspresi baik lewat musik atau buku, maka mereka lebih menerima kekontraversialan tersebut.
Saya tak suka Lady Gaga. Saya juga ngeri dengan beberapa ide Manji. Tetapi menghadang mereka dengan gebug, mengusir mereka dari tanah air kita hanyalah suatu langkah yang bisa jadi sia-sia. Karena pemikiran dan produk semacam itu akan selalu menggempur kita dari hari ke hari.
Kita tidak butuh pemimpin sok moralis kayak Dede Yusuf yang teriak tolak Lady Gaga tapi dulunya dia juga suruh calon artis dicasting bugil. Yang kita butuhkan saya kira adalah character bulding. Menempa keperibadian anak-anak bangsa untuk tidak lembek dan gampang terpengaruh hal-hal negatif produk luar. Sementara memberi pesan ketidak sukaan kita saya dengan produk mereka itu perlu. Tapi perlu dengan gebug. Demo berbaris rapi. Dengan spanduk terbentang. Menyatakan Anti Lady Gaga dan Anti Manji.