Waktu berjalan cepat, gulat pernikahan penuh tanda tanya. Mengapa pernikahan ini begitu sulit untuk dilalui tanpa sakit dihati dan ribut mulut yang tak berarti buat ku tapi besar sekali buat dia? Seberapa jauh kesabaran aku harus kujalani kepada sang istri yang ternyata sering pemarah dan cemburu terus menerus ini. Terasa hidup penuh dengan pengorbanan. Waktu2 luang ku, sehabis bekerja, harus memenuhi persaratan sang istri, tidak banyak waktuku yang dapat ku sumbangkan untuk keinginan diriku sendiri. aku mengalah dan mengalah...
Tak terasa kami sudah beranak 4, dewasa semua, ganteng2 dan cantik2 seperti ibunya. Sayang semua ini kami lahirkan bukan dari rasa cinta kasih yang murni.
Satu saat ku dengar dari seorang kawan baik istriku yang sedang berbicara dengan kawannya. Kudengar jelas: bahwa sebenarnya istriku tidak mencintaiku sewaktu kami menikah. Tetapi karena kasihan melihat ku saat itu yang patah hati karena dia pernah tinggalkan sebentar sewaktu di Amrik. Padahal dia lebih senang dengan seorang laki2 teman kuliahnya, katanya.
Terasa hatiku ditusuk tusuk. Aku menangis getir dalam hati. Cepat aku pakai sepatu lariku dan berlari sejauhku sanggup. Apa yang akan kulakukan? Semua sudah jadi bubur. Aku mencintai istriku dengan setulus hati, tak ingin aku menukar dengan apapun. Karena dia ibu yang pandai mendidik anak2ku. Kawan2 ku mengatakan dia cantik, ya memang benar! Tetapi kecantikan itu akan hilang dimataku jikalau tidak ditunjukan dengan sifat2 yang indah. Aku tidak sangka... tidak menyangka hal ini terjadi kepada diriku...
Mengapa aku jadi begitu hambar akan kehidupanku sekarang? Pedih dihatiku terasa menusuk hatiku sewaktu perjalanan kekantor. Aku selama ini terus senyum dan mencium istriku pada waktu2 yang biasa kulakukan itu semua agar dia tidak mengetahui ini. Aku tidak juga mau membawa hal ini menjadi bahan perbincangan kami atau keribuatan, karena tidak ada gunanya dia mengetahui perihnya hatiku. Biar kutanggung ini semua demi kehidupan keluarga ku. Tapi akau tidak merasa mencintai dia lagi dan kumenangisi situasi ini. Karena ku tahu aku romantik. Rasa pedih ini kusalurkan dalam jari2 tanganku memetik gitar klasikku setiap malam.
Anak2ku pasti kecewa kalau mereka mengtahui hal ini. Sekarang kami harus hidup berpura pura. Terutama dari diriku yang baru mengetahui, sangatlah sulit!
Apakah wanita bisa mengambil keputusan untuk menikah dengan laki2 atas dasar kasihan, materi dan yang lainnya? Bukankah wanita itu menginginkan kehidupan romantika dengan seorang suami? Alangkah kejinya wanita ini!
Aku sedih dan kecewa, tak berdaya atas apa yang menimpaku.
Bagi yang mengerti kehidupan ini, tolong share kepada saya.
Terima kasih...