Terlintas saat lamunan menyapa ku dalam sunyinya malam.
Kebimbanggan hati akan diri memeluk dingin malam.
Seorang anak kecil yang berdiri di lampu merah menggemis sambil tertawa sembari tetes demi tetes air jatuh dari matanya memperjuangkan nyawa untuk esok hari.
Malam disambung pagi, pagi disambung malam,
Pria dewasa itu berhayal sambil memejamkan mata bias bias bayang menjadi skenario.
Hatiku menggambar mimpi
Aku berdiri dibawah kaki kayu raksasa menyaksikan keindahan ciptaan dalam syahdu kegelisahan.
Teriakan gergaji mengaum ditengah rimba, hewan pun enggan  menari dan berorasi mengucapkan sukur pada Ilahi.
Satu demi satu tumbang ...
Kering .... dan melapuk.
Menjadi... selembar kertas yang bisa ditukar apa saja.
Tidak hirau akan alam sebagai tempat mengantungkan diri
Hanya masa depan yang menjawab dan mengunci rapat rapat mulut mereka dari keserakah
Sebelum alam yang menjawab semua itu
Malapetaka berada di depan muka tak mampu mengelak
Sadarlah...... Sadar ..........
Sadar.... saudaraku .........
Gambarlah mimpi dengan hatimu bukan dengan akal licik
Agar anak cucu tahu kenapa harus dijaga
Hatiku Menggambar mimpi untuk Ku, untuk Mu, Dia, Mereka ..... dan Semua
Ichiro - Ozanori (I-O)