Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Perbedaan Itu Rezeki Para Ustadz

10 Juli 2013   09:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:46 263 0
Di kantor saya, ada beberapa rekan yang menyandang gelar ustadz. Mereka pun berbeda imam mazhab. Ada yang NU, Muhammadiyah, ataupun Persis. Tentu saja awal ramadhan yang berbeda menjadi perdebatan seru di antara mereka. Kami yang netral, biasanya hanya bagian yang mengompori.

Profesor Thomas Djamalludin pernah pula datang ke pengajian kami. Membuka wawasan kami tentang awal Ramadhan dari sisi pakar astronomi. Termasuk penyebab perbedaan awal Ramadhan . Toh itu tak membuat kami benar-benar terbuka mata hati. Awal puasa tahun ini terjadi perbedaan. Sebagian di Hari Selasa, sebagian lagi Hari Rabu.

Pada hari Selasa, karena menjadi minoritas, tentu saja bullying halus kepada teman-teman yang berpuasa lebih dulu terjadi. Walaupun orang menyebutnya sebagai candaan khas Indonesia.

Satu hal yang kemudian saya tahu di luar perdebatan dan candaan itu, ternyata ada selorohan dari rekan saya yang mengatakan," biar saja perbedaan itu terjadi. Itu rejekinya para ustadz."

Ya, perbedaan itu bisa mengubah jadwal ceramah bertambah satu hari. Apalagi kalau yang berbeda adalah hari Raya Idul Fitri. Untuk satu jadwal taraweh yang minimal Rp500.000 tentu menjadi rejeki bagi para ustadz yang biasanya full-book di bulan Ramadhan. Belum tambahan ceramah subuh satu hari. Tambahan rezeki ini bertambah lagi jika terjadi perbedaan shalat Ied. Para ustadz bisa dua kali ceramah di lapangan. Padahal minimal honor ceramah shalat ied sekitar Rp2.000.000. Lumayanlah buat biaya berhariraya bersama keluarga mereka.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun