Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Gunakan Produk Lokal, Lawan Penjajah Modern!

5 September 2014   05:25 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:34 164 0


Dengan kalimat 'lawan penjajah' pada judul di atas, apakah pembaca pernah berpikir bahwa negara kita yang sekarang sedang dijajah? Bukanlah negara kita sudah merdeka dan masih merdeka hingga sekarang?

Menurut KBBI, penjajah adalah negeri atau bangsa yang menjajah. Sedangkan arti kata menjajah sendiri adalah menguasai atau memerintah suatu negeri (daerah dsb). Nah, apakah negara kita sedang dikuasai dan diperintah oleh negeri lain?

Jawabannya adalah tidak. Negara kita sudah benar-benar bebas dan berdaulat. Negara kita sudah memiliki hukum sendiri tanpa harus tergantung dengan hukum di negara lain. Begitu pula dengan rakyatnya. Rakyat Indonesia hanya perlu mematuhi hukum di Indonesia. Selama mereka tidak keluar dari wilayah Indonesia, mereka tidak perlu mematuhi hukum-hukum di negara lain.

Kita sebagai salah satu komponen dari rakyat Indonesia seharusnya bisa melihat hal ini dengan jelas. Kita sudah mempelajari sejarah untuk tahu bahwa ketika kemerdekaan rakyat Indonesia dirampas, maka munculah apa yang dikenal dengan kerja paksa. Bukan hanya itu, rakyat Indonesia juga harus ambil bagian dalam peperangan demi membela negara yang menjajah mereka. Namun setelah Indonesia merdeka, rakyat Indonesia tidak perlu lagi berperang dan mati demi negara lain.

Judul di atas juga diikuti dengan sebuah kata 'modern'. Apakah itu penjajah modern?

Kata 'penjajah modern' masih tidak terlepas dari arti kata penjajah dalam KBBI. Dengan kata lain, penjajah modern adalah mereka yang berusaha menguasai orang lain. Namun dengan cara yang lebih sesuai di era modern ini.

Berbeda dengan penjajah yang sering kita dengar dalam sejarah, penjajah modern tidak menggunakan invasi militer, serangan senjata ataupun berusaha merampas wilayah. Mereka bahkan mungkin tidak perduli dengan luas wilayah yang mereka miliki. Karena di era globalisasi ini, luas wilayah tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap kekuasaan.

Kekuasaan dalam era globalisasi ini memiliki aspek yang lebih banyak dari sekedar luas daratan dan laut. Seperti misalnya dalam sebuah kata 'menguasai pasar'.

Tentunya bagi orang yang ketinggalan zaman, mereka akan berpikir bahwa 'menguasai pasar' itu seperti seorang preman yang memiliki wilayah kekuasaan dalam sebuah pasar. Sayangnya dalam era modern ini, kata 'menguasai pasar' dapat diartikan sebagai dominasi dari suatu bisnis tertentu. Entah itu bisnis perdagangan, jasa kesehatan, ataupun pembangunan.

Penjajah di era yang modern ini juga mendominasi daerah lain dengan cara yang sama. Teknik dominasi ini dapat dirangkum dalam 3 langkah. Langkah pertama adalah memperkenalkan budaya, seni, teknologi atau produk-produk kepada negara lain yang akan diinvasi. Tentunya cara ini akan diterima dengan baik, apalagi dengan adanya media massa yang semakin mudah dijangkau.

Langkah berikutnya adalah dengan menjual produk-produk yang sudah diperkenalkan. Bila masyarakat dapat menerima produk yang mereka tawarkan dan menggunakannya, maka langkah kedua ini dapat dikatakan berhasil. Namun langkah kedua ini akan sempurna ketika masyarakat mulai menggunakan produk asing itu secara berlebihan hingga produk itu harus menjadi kebutuhan hidup mereka.

Setelah berhasil membuat masyarakat bergantung pada produk mereka. Maka penjajahan modern akan dimulai. Dengan langkah ketiga yang kejam, perusahaan asing atau golongan asing akan menyiksa masyarakat dengan menjual mahal produk yang sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Meraup keuntungan sebesar-besarnya dari masyarakat pribumi, menjajah kebutuhan hidup mereka tanpa ampun.

Sekarang saya ingin pembaca bertanya-tanya. Apakah kebutuhan hidup kita sudah didominasi oleh negara lain?

Oh tidak! Bukan negara yang mendominasi kebutuhan kita. Tapi beberapa perusahaan asing yang menjual produk-produk yang kita butuhkan. Coba perhatikan barang-barang di sekitar kita. Makanan yang kita makan. Pakaian. Sabun mandi yang kita pakai. Smartphone, komputer atau gadget apapun yang selalu kita gunakan. Darimanakah barang-barang itu berasal?

Sebagian besar dari kita pasti banyak menggunakan barang-barang yang tidak diproduksi di Indonesia. Walaupun diproduksi di Indonesia sekalipun, barang-barang tersebut memiliki merk yang menunjuk kepada perusahaan asing. Dan tentu saja, dengan menggunakan merk-merk asing, berarti kita harus membayar pada perusahaan asing tersebut.

Di era globalisasi ini, muncul sebuah penemuan hebat yang disebut internet. Berkat adanya internet, kita pun bisa menggunakannya untuk berbagai kebutuhan seperti yang kita gunakan sekarang ini. Sosial media seperti Facebook, Twitter, bahkan Google sekalipun merupakan milik perusahaan asing. Bila kita menggunakan koneksi internet kita yang tidak gratis itu untuk mengakses produk asing, bukankah perusahaan asing itu mendapatkan keuntungan dari kita secara langsung?

Ingat, Bandwidth yang digunakan untuk mengakses situs-situs itu tidak didapat secara gratis. Indonesia harus membelinya dari luar. Dengan adanya koneksi itu, diharapkan Indonesia dapat semakin maju, semakin berkembang dan rakyat dapat semakin sejahtera. Tapi koneksi yang berharga itu justru digunakan untuk sekali lagi menguntungkan perusahaan asing.

Lalu apa salahnya memberikan keuntungan pada perusahaan asing?

Tidak ada yang salah. Hanya saja Facebook, Twitter, Google dan Microsoft tidak perlu membayar pajak untuk Indonesia atas keuntungan yang sudah mereka dapatkan. Mereka bukan perusahaan milik Indonesia.

Bukankah kita ini rakyat yang merdeka? Bukankah kita tidak harus bekerja paksa demi menguntungkan negara lain?

Tapi sayangnya kebutuhan hidup kita sudah begitu terjajah. Kita sudah tiba pada titik dimana kita tidak bisa hidup tanpa produk-produk dari perusahaan asing. Tapi bukan berarti kita tidak dapat melawan para penjajah tersebut.

Dengan mengenal teknologi, seni, dan budaya dari bangsa lain, tentu kita memperoleh manfaat yang begitu besar. Kita bukanlah negara primitif yang harus menolak semua pengetahuan dari luar. Bila kita pikirkan baik-baik, langkah pertama dari teknik invasi itu sama sekali tidak merugikan kita. Namun justru sangat menguntungkan kita karena kita dapat mengenal teknologi-teknologi, seni dan budaya yang dapat kita gunakan untuk berkembang.

Sekarang coba kita lihat negara China. Mereka tidak punya inovator-inovator hebat seperti Bill Gates atau Steve Jobs yang dapat menginvasi dunia. Namun tanpa para inovator hebat itu, mereka berhasil menjadi salah satu penjajah modern yang menjual produk-produknya kepada kita.

Tentu langkah ketiga mereka lebih kejam daripada sekedar menjual mahal produk mereka. Produk-produk buatan China yang sering kita pakai, justru lebih murah dari produk negara lain. Namun mereka tetap meraup keuntungan dengan menurunkan kualitas barang. Tentu tidak semua produk dari China seperti itu. Hanya sebagian besar saja. Namun produk yang memiliki kualitas baik sekalipun, pasti dijual dengan harga yang begitu mahal.

Jadi, tindakan apa yang harus kita ambil untuk melawan para penjajah modern ini? Tentu kita tidak bisa mengusir mereka begitu saja. Bila kita dijajah secara modern, maka kita pun juga harus melawannya secara modern.

Salah satu solusi yang bisa lakukan adalah dengan memanfaatkan pengetahuan-pengetahuan yang kita dapat dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan kita. Apakah kita mampu melakukan hal itu? Bukan hanya mampu, tapi beberapa dari kita sudah melakukan perlawanan ini dan berhasil.

Apakah pembaca pernah menggunakan Kaskus, Detik.com, blibli, atau situs-situs buatan Indonesia lainnya untuk bertransaksi, bertukar informasi ataupun untuk sekedar hiburan? Atau apakah pembaca pernah memainkan game buatan Indonesia? Apakah pembaca pernah membaca buku komik buatan orang Indonesia yang menggunakan teknik menggambar ala Jepang?

Ya, berbagai pengetahuan luar yang sudah kita terima tentang media sosial, game, seni, budaya dan teknologi sudah berhasil diterapkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tidak hanya itu, bahkan generasi muda Indonesia sudah cukup cerdas untuk dapat berinovasi, memunculkan ide-ide baru yang dapat digunakan untuk bersaing dengan inovator hebat dari negara asing.

Banyak dari saudara kita yang tanpa kita sadari sedang berjuang melawan para penjajah modern ini. Mereka tidak ingin Indonesia bergantung pada negara lain dan terjajah. Para pejuang ini berusaha mencukupi kebutuhan hidup kita dengan produk-produk lokalnya yang membanggakan.

Apakah kita mau menyia-nyiakan usaha keras mereka dengan mengabaikan produk lokal? Apakah kita tidak mau merdeka lagi, bebas dari segala ketergantungan dengan para penjajah modern?

Sudah saatnya kita tidak menjadi negara konsumen lagi! Sudah saatnya kita mandiri! Indonesia bisa!

Dukung para pejuang kita dengan menggunakan produk dalam negeri.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun