Aku lihat Binar tengah tergesa-gesa menuruni tangga.
"Bin, tunggu aku bareng ya."
"Yura, hari ini aku gak langsung balik kos, kamu duluan ya, aku ada perlu, bye!"
"Ok, bye."
Hmmm kenapa Binar terlihat begitu aneh.
"Ra, ayo jalan jangan jadi patung di tangga."
"Eh Naz, tunggu."
Aku mengejar Nazar yang sudah jalan di depanku
"Apa?"
"Kamu lihat Binar yang aneh beberapa hari ini?"
"Aku gak perhatian, kenapa?"
"Gak apa-apa. Eh iwel-iwel mu masih?"
"Ada, mau nambah kah?"
"Hu um, enak sih."
"Kamu hamil?"
"Enggak, Sari yang hamil tuh, mantan istri Johan. Aku yang ngidam."
"Weewww."
Ini sudah mau magrib Binar belum juga balik kosan. Mau WA ogah, takut ganggu. Aku habiskan waktu berselancar di K baca karya fiksi teman maya. Mmm ke akun pak Band dulu lah, cerita misterinya itu suka sekali, gak menakutkan tapi gimana gitu.
Ini kog aku bau kemenyan sih di kamar, aku ingat waktu di kampung, tetangga suka bakar dupa dan kemenyan untuk entah urusan apa. Tapi kata orang dulu itu jalan sesuatu ke alam ghaib. Halaaahhh pas deh takutku, baca cerita misteri eh ada aroma ngeri.
Solat dulu ah biar tenang azan sudah memanggil.
Usai salam kulihat pintu kamar terbuka, Binar mengucap salam.
"Yura."
"Ya Bin."
"Makan yuk, aku tadi dibelikan Budi nasi goreng."
"Mmm suit suiittt, eh aku tadi juga dikasih iwel-iwel sama Nazar, aku sisain buat kamu."
"Ra, kog bau apa ini?"
"Dari sebelum magrib, aku sampe merinding."
"Nah kita punya pengharum ruangan, aku semprot dah biar gak bau aneh gini."
Malam ini gerah, sekali kubuka jendela kamar biar udara adem masuk. Melihat bintang yang kerlap kerlip itu sesuatu, jadi ingat si Wawan teman jauh, bercerita ketika nyepi begitu damai.
"Yura, sssttt!"
Binar mendekat kearahku dan berbisik.
"Aku tutup jendelanya ya."
Tanpa menunggu izinku dia telah menutup dan mengunci jendela lalu menutup kelambunya.
"Kenapa Bin?"
"Gak apa-apa ntar nyamuk masuk."
Aku sedari tadi belum melihat hp, saat ku buka telah menumpuk pesan WA, tapi rata-rata percakapan grup. Ada pesan pribadi dari Budi.
[Ra, Binar sudah di kosan?]
[Iya, kenapa?]
[Kalian baik-baik saja kan?]
[Iya, kenapa?]
[Apa ada yang aneh di kosan?]
[Dari sebelum magrib bau kemenyan]
[Sekarang?]
[Udah enggak]
[Ok, cepet istirahat, jangan lupa berdoa]
[Eh tumben kau perhatian Bud? Ok deh makasih]
"Bin, tumben Budi chat aku ya, pake perhatian nyuruh istirahat dan doa."
"Barusan?"
"Iya."
******
Azan subuh sudah menggema, segera aku ke kamar mandi walau mata serasa masih berat. Nah apa ini di depan pintu kog ada kembang. Ah tak kupikir itu apa dah, sudah kebelet, aku meluncur saja ke kamar mandi.
"Bin, matahari dah mulai nyembul, ayo bangun belum solat loh."
Dia cuma melenguh dan beralih posisi. Ah ya sudah, yang penting sudah mengingatkan. Aku butuh udara segar. Jendela kubuka, udara segar menghambur masuk kamar, sejuk. Loh di bawah jendela juga ada kembang. Ini ada apa. Aku jadi ingat Budi yang chat semalam. Nanti kutanyakan di kampus.
Ada kuliah pagi, aku segera pergi, selain untuk bertanya pada Budi.
"Bin, aku berangkat dulu." Dia masih di alam mimpi tak menyahut.
Usai perkuliahan aku segera memanggil Budi sebelum kabur.
"Ra, gak pulang?"
"Nggak duluan saja Naz. aku ada perlu sama Budi."
"Eh Budi, Budi tunggu."
"Ya, ada apa?"
"Bisa jelaskan ada apa sebenarnya?"
"Mana Binar?"
"Di kosan mungkin kelas dia baru jam sepuluh nanti. Bisa jelaskan ada apa? Pagi ini kutemukan setumpuk bunga di depan pintu dan dibawah jendela."
"Ada bunga?"
"Iya."
Nah itu ada Firdaus, dia bisa menjelaskan.
"Fir, kemari. Kami ada perlu sebentar."
Akhirnya kami berbincang sangat serius, membuat bulu kudukku meremang.
"Kenapa Binar melakukan itu?"
"Entah, kamu tidak merasa aneh dengan dia?"
"Enggak, Fir. Dia baik setiap hari, hampir tak ada cela."
"Sebaiknya kita jangan suuzon dulu, tapi aku melihat sendiri dia ke sana. Sebab orang itu di tempatku sudah terkenal."
"Nah yang disukai Binar siapa? Yang mau dicelakakan siapa Fir?"
"Tidak ada yang ingin dia celakakan, hanya agar yang dia sukai menjauh darimu."
"Nah aku gak tahu siapa yang suka aku."
Firman melirik ke arah Budi.
"Kamu?" aku nyeplos saja tanya Budi melihat lirikan mata Firdaus
"Eh, enggak. Biasa saja kog."
"Nah kamu semalam belikan nasi goreng, terus tanya-tanya aku, aman apa enggak."
"Kan aku disuruh Firdaus." Budi mulai terlihat bingung. "Kali saja dia, kan kamu Fir nyuruh aku chat Yura. Kalau nasi goreng memang pas aku beli Binar juga mau beli, jadi sekalian aku bayarin."
Sekarang aku yang bingung. Kupandangi mata Budi dan Firdaus bergantian mencari kebenaran.
"Aku jadi takut nih, aku harus bagaimana?"
"Tenangkan dirimu, mmm sebaiknya kamu nginap di kosan teman lain dulu bisa? Biar aku sama Budi yang bicara ke Binar."
"Terserah kalian deh, aku juga gak tahu siapa yang suka aku, nah sudah kirim jampi-jampi dan kembang gitu yang disukai Binar gimana?"
"Ya, paling biasa saja, gak mempan. Sudah ketahuan," Budi meyakinkanku.
"Sampe begitu amat saking sukanya, Binar. Ya bilang kan bisa ke aku, jadi aku bisa kaga jarak gitu. Lagian juga aku gak tahu siapa."
"Ya wis, kamu gak perlu tahu siapa yang suka kamu. Yang penting kamu harus aman, aku khawatir Binar melakukan hal yang tambah ngeri."
*****
Aku jadi takut mau masuk kamar kosan, tapi aku harus mengambil beberapa barang, sebelum nginap di kosan teman.
Kamar sudah rapi Binar sudah ke kampus, segera ku ambil beberapa barang penting, tapi ada sesuatu yang jatuh dari almariku. Boneka? Kog ada boneka kain di lemariku, hanya bentuk kepala badan kaki dan tangan dari kain. Aku jadi ingat film horror dan tenung. Aduuuhhh apakah sejauh ini langkah Binar. Aku berteriak sendiri, boneka kulempar dalam lemari dan segera kabur.
"Setan belaaanngggg!"
****
Aku segera temui Budi dan Firdaus.
"Bud, Fir, aduh aku gak berani lagi deket sama Binar, tadi ada boneka di lemariku, seperti boneka tenung."
"Wuuoottt?!" mereka berdua serempak terkejut
"Aku angkat tangan, minta tolong kalian berdua urus Binar ya, aku mau kabur saja, mau pulang. Sampaikan sama dia, pliisss kalau mau suka kalian berdua atau siapapun silahkan saja, aku gak ada urusan."
"Yura, sebentar."
"Sudah ah aku takuuuttt, gimana cara kalian dah, kabari aku kalu sudah beres, da daaa."
****
Aku benar-benar gak berani ke kosan lagi, jadi bolos kuliah gara-gara takut dijampi-jampi, ngeri.
[Yura, gimana kabarmu?]
Firdaus mengirim pesan
[Baik, tapi masih takut ke kosan]
[Kuliahmu jadi keteteran]
[Ya mau gimana lagi, aku takut. Kadang masuk numpang tidur di kosan teman]
[Sudah aman, balik ayo jangan bolos lagi]
[Binar bagaimana?]
[Gak dengar kabar? Dia sakit opname]
[eh sakit apa?]
[Entah, Tuhan sudah kasih hukuman]
[Aku mau pindah kos saja dah, cariin ya, besok balik]
[Ok]
Uufffttt, gak nyangka aku mengalami ini, punya teman masih pakai dukun demi cinta. Semoga dia cepat sehat dan gak ngelakuin begitu lagi. Cinta tak bisa dipaksakan dari hati seseorang. Semoga ada cinta yang suci untuk Binar agar dia tidak neko-neko lagi.