Hangatnya memenuhi rongga dadaku
Seiring tiada hentinya mengingatmu
Ah siapa lagi yang lain juga mengingatmu?
Aku menatap gawaiku, ada satu pesanmu, kubiarkan berlalu.
Aku merindumu tapi tak usahlah kau tau, sudah terlalu banyak rindu dari yang lain untukmu, mungkin sudah cukup bagimu.
Demi Kupu-Kupu Bersayap Pelangi pagi itu aku melaju menembus dingin bersamanya meski dengan rasa kalut tak terkira di dadanya. Karna Kupu-Kupu Bersayap Pelangi belum hinggap jua. Merapal doa dan tetap semangat tersemat di dada agar semua baik-baik saja, meski garis kecewa itu ada.
Hon, semalam aku bercerita padamu, aku bertemu dengan wajah-wajah cantik nan ayu, aku kagum, aksara yang mereka susunpun begitu anggun, mereka mempunyai keajaiban dalam meluahkan kata hati. Mereka sudah di awan tinggi. Aku membaca salah satu puisi anggun di sana, Iblis Setengah Malaikat ku dapat setelah kubacakan salah satu karyanya yang indah
Hon, jangan lelap dulu, aku ingin berkisah, aku ingin ungkapkan lewat larik suara ataupun aksara padamu, meski beribu cerita dari yang lain sudah memenuhi harimu. Senang hatiku bertemu mereka yang selama ini hanya aku tahu namanya. Semeja dengan mereka menikmati juice buah, berjalan ke taman yang indah dengan membawa selalu Lelaki Jahanam kemana-mana.
Honey, semalam rupanya aku yang sudah melanglang ke alam mimpi, membawa kisahku dari pagi hingga senja hari bersama mereka, ada canda ria tak ingin kulupa meski tak tahu kapan bisa bersua kembali, aku akan merindukan mereka, seperti aku selalu merindukanmu
Hon, biar aku selalu bercerita padamu, meski tak kau hiaraupun, meski kau dengan siapapun dalam jaring pikiranmu, tunggu rajutan kisahku yang lain.