Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Mbak, Calon Pendampingku Memiliki "Masa Lalu"...

26 April 2014   16:31 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:10 2611 50


Beberapa inbox yang masuk belakangan ini, meminta pendapat saya atau nasehat sehubungan dengan calon pendamping yang memiliki "masa lalu". Intinya menanyakan bagaimana bersikap terhadap keluarga, khususnya orang tua, dan terhadap bisik bisik masyarakat tentang calon pendampingnya.

Okay, pertama mari kita clear-kan dulu soal masa lalu. Selalu saya  katakan bahwa kalau ingin menikah dengan orang yang tidak memiliki masa lalu, maka menikahlah dengan bayi yang baru lahir!.

Nah.... mudah mudahan jawaban yang menohok ini cukup memberi penjelasan bahwa semua orang memiliki masa lalu. Pengalaman pahit, manis, cerdas, bodoh dan keputusan keputusan masa lalu yang kita ambil, itu semua menjadikan siapa kita hari ini, dan membawa kita di tempat kita yang sekarang.

Umumnya yang dimaksud dengan masa lalu bertanda kutip secara eksplisit boleh saya artikan seperti pernah hamil diluar nikah, pernah terjerumus narkoba, pernah melakukan tindakan kriminal sehingga mendapat sangsi hukum ataupun sosial. Kurang lebih seperti itulah... Masa lalu yang dianggap cukup berat dan tidak lepas dari pergunjungan orang lain.

Seseorang yang memutuskan untuk menikah, selalu saya asumsikan  sudah merupakan pribadi yang dewasa, cukup umur dan siap mempertanggung jawabkan pilihannya. Tidak adil dan bukanlah sikap yang logis ketika kita sudah memilih menikah dengan orang yang pernah melakukan "kesalahan", namun tidak mau menerima resiko atau gunjingan orang lain. You can not have it all my friends....!

Segala sesuatu di dunia ini selalu datang dalam kemasan satu paket, termasuk didalamnya sebagai bagian yang tidak terpisahkan adalah sisi baik dan kurang baiknya.

Masalahnya cinta adalah bentuk emosi yang paling murni, dan susah diajak berlogika.  Namun herannya kok selalu bisa membedakan Xenia dan Mercedez yah?.... Jadi pernyataan bahwa cinta itu buta sepenuhnya bisa dibantah....! Tidak buta tapi justru lebih sering membabi buta!.

Ini dia beberapa hal yang dapat saya katakan kepada sahabat saya yang calon pendampingnya memiliki "masa lalu":

-  Berdamailah  dengan diri anda dan masa lalunya sebelum memutuskan untuk mengikat janji.

Selalu saya tulis dalam banyak artikel, jangan menjadikan pernikahan sebagai target yang harus dipenuhi hanya karena faktor usia, atau karena setiap orang sudah menanyakan kapan menikah?. Menikahlah karena anda sudah merasa pasti dan nyaman untuk berbagi masa depan dengan orang tersebut.

Berdamai dengan diri sendiri dan masa lalu calon pasangan artinya siap dan santai saja kalau bakal mendengar gunjingan orang lain. Toh mulut orang tidak bisa kita sumpal ? Cara terbaik menghentikan omongan orang adalah menjalani hidup yang baik dan tidak memberi peluang kepada orang lain untuk bergunjing tentang anda dan pasangan.

- Bersikap realsitis, termasuk memberi ruang dan kemungkinan bahwa apa yang pernah terjadi di masa lalu bisa juga terjadi kembali.

Lagipula, menikah dengan orang yang tidak punya masa lalu yang "kelam", bukan berarti setelah menikah anda bisa menjamin bahwa semua akan baik baik saja bukan?. Banyak sahabat saya menikah dengan pria baik baik yang bukan mantan playboy, setelah sekian tahun menikah, malah bercerai karena suami selingkuh kiri kanan dan tukang main perempuan.

Intinya apa?. Tidak ada sesuatupun yang pasti di dunia ini. Yang pasti hanyalah kenyataan bahwa segala sesuatu bisa saja terjadi.

Sikap yang paling bijaksana yang bisa kita ambil adalah logis, realistis, dan sebisa mungkin menghindari faktor faktor yang bisa menjerumuskan untuk kembali berbuat kesalahan yang sama.

Kalau anda bekas pemabuk, sangat tidak disarankan untuk terus bergaul dengan teman yang suka minuman keras, dan hang out tiap malam di pub yang menjual miras. Logis khan?.

Sisi positif dengan mereka yang pernah melakukan kesalahan adalah sudah lebih tahu apa yang harus dihindari agar tidak terjatuh di lubang yang sama. Kecuali anda keledai tentu saja... dan keledai pastinya tidak bisa membaca tulisan ini....!

- Tidak perlu menyembunyikan masa lalu kepada keluarga terdekat anda. Pahami bahwa saya tidak mengatakan seluruh kerabat anda perlu diberitahukan soal masa lalu calon pendamping. Yang saya maksudkan kerabat terdekat adalah orang tua, atau jika ini pernikahan kedua, maka anak anak anda perlu tahu dengan jelas.

Jauh lebih baik berbicara dengan jujur tentang masa lalu daripada menutupinya sehingga menjadi borok yang merusak masa depan.  Kalau Tuhan saja memberi kesempatan untuk bertobat, mengapa kita manusia harus lebih menghakimi  dari Tuhan?. I am a great believer in second chance.... (but maybe not the third... Kalau sudah ketiga dan selanjutnya, itu bagi saya sudah hobby....)

- Bersikap santai namun berwibawa untuk menepis omongan "sadis" tentang pasangan anda.

Dunia ini makin rusak dan banyak yang susah, karena semakin banyak manusia sirik yang lebih suka berbicara tentang kekurangan orang lain dan mencari cari kesalahan, daripada melihat yang baik dan ikut bahagia dengan kebahagiaan orang.

Kalau juga kedepan ada yang usil dengan melontarkan komentar sinis, maka cukup menjawab secara pendek dan elegan seperti, "bukan urusan kamu", "semua itu sudah berlalu, kami bahagia sekarang ini", atau boleh juga menjawab dengan jurus mematikan seperti," memangnya  kamu dirugikan dengan masa lalu pasangan saya?."

Nah biasanya langsung keok tuh kalau dikonfrontasi seperti itu. Ada juga yang memilih untuk cuek dengan menjawab ringkas..."gue aja gak mikirin, kok kamu yang sewot...."

Silahkan mencari formula yang cocok untuk anda terapkan, tapi intinya ketika anda sudah mantap dengan keputusan menikah dengan orang yang memiliki "masa lalu", maka jangan menjadikan masa lalunya sebagai penghalang untuk meraih masa depan bersama yang lebih indah sesuai komitmen anda berdua.

Have a great week end everyone!.

*gambar dari http://intentionaltoday.com/wp-content/uploads/2013/07/Your-Spouse-Might-Not-be-Wrong-Just-Different.jpg

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun