Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan Pilihan

Anas Galau, SBY Lebay, Ibas Labil, KPK Kurang Tegas

7 Mei 2014   15:30 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:46 1861 55


Melihat obrolan pagi di Metro TV, saya jadi gregetan sendiri!. Topik yang diperbincangkan adalah soal pemanggilan KPK kepada SBY dan Ibas, sebagai saksi untuk meringankan Anas.

Tidak perlu jadi ahli hukum dan pengacara untuk bisa menangkap esensi bahwa sesuai UU yang berlaku, seorang tersangka bisa mengajukan saksi yang dianggap penting untuk meringankan sangkaan kepada dirinya, dan penyidik WAJIB memanggilnya.

Sebenarnya tidak perlu berbelit belit seandainya semua pihak termasuk KPK ingin menuntaskan secepat mungkin dan sejelas jelasnya kasus hukum Anas yang disinyalir melibatkan Ibas dan ujung ujungnya menyeret SBY.

Dalam kacamata awam sebagai rakyat biasa yang mengikuti kasus ini dari awal, saya menyimpulkan bahwa Anas galau karena dari dulu selalu mengatakan Nazarudin bohong dan mengigau. Bahkan mengancam Nazarudin dengan pelaporan pencemaran nama baik meskipun tidak dilanjutkan (barangkali tidak diproses karena malu sendiri namanya sudah tercemar).

Coba sedari awal jangan terlalu heboh membela diri dan memuji muji SBY serta mencerca Nazarudin, mungkin Anas tidak akan galau sendiri sekarang ini.  Rakyat akhirnya tidak bersimpati dengan Anas yang kemudian dari memuji berbalik menyerang bahkan menjelek jelekkan kubu Cikeas, padahal dulu dia berasal dan ngetop dari situ..

Tambah galau lagi  karena belum apa apa sudah mengeluarkan pernyataan siap digantung di Monas.....

Saya tidak membela SBY. Pendapat saya Presiden kita ini lebay. Seandainya beliau merasa Anas mengganggu diri dan keluarganya dengan lontaran tuduhan yang macam macam, seperti bisul yang mengganggu meski tidak mematikan,  maka segera datangi KPK atau memberi klarifikasi yang jelas kepada penyidik.

Soal SMS gelap dan ancaman disantet,  dulu beliau dengan gagah berani tampil dan memberi penjelasan meskipun rakyat menganggap hal tersebut sangat tidak penting. Malahan jadi bahan tertawaan masyarakat. Ilmu hitam kok diurusin. SMS gelap kenapa dipusingin. SBY lebih baik menulis di Kompasiana, agar bisa belajar punya nyali.

Tulisan dibalas dengan tulisan. Yang tulisannya ngawur bisa dikomentari langsung sampai penulisnya kalau tidak kuat jantung bisa salto salto sendiri jumpalitan dengan gaya bebas.

Kalaupun statement Anas selama ini dianggap mengganggu ketentraman dan kedamaian SBY dan keluarga, maka ayo dong klarifikasikan saja secara terbuka, agar rayat  bisa mendengarkan penjelasan SBY mengcounter  tudingan Anas.

Bukannya bolak balik ngeles' melulu dengan alasan sibuk dan merasa tidak memiliki pengetahuan tentang apa yang dilontarkan Anas.  Kalaupun  tidak memiliki pengetahuan, apa sulitnya mengemukakan itu di kantor KPK secara frontal.

Be a man Mr President!. Kalau SBY punya waktu menciptakan lagu, punya waktu menggelar konfrensi pers mengenai SMS gelap, dan ada waktu youtube-an, FB-an serta Twitter-an, maka wajar jika rakyat berpikir SBY harus punya waktu mengklarifikasikan masalah besar yang merugikan negara triliunan rupiah.

Bicara SBY otomatis melibatkan Ibas anaknya. Anggota DPR yang sering tidak hadir namun absennya  muncul. Kalau sering tidak hadir,kenapa sekarang tetap mencalonkan diri maju lagi?. Saya tidak mempersoalkan keterpilihan Ibas, karena melalui proses pemilu yang sah dan demokratis.

Saya mengatakan labil karena yang lalu saja tidak rajin datang, kenapa sekarang mengajukan diri kembali sebagai anggota DPR ?. Wakil rakyat yang dibayar dengan duit rakyat untuk menikmati segala fasilitas, hendaknya benar benar bekerja untuk rakyat, dan konsisten hadir demi menunjukkan etika dan profesionalisme sebagai seseorang yang pantas duduk mengaspirasikan suara rakyat.

Tadinya Ibas juga melaporkan Yulianis ke kepolisian karena merasa nama baiknya tercemar, Yulianis menyebutkan di catatan buku kas, ada pemberian uang terhadap Ibas sebesar USD 200,000.  Saking labilnya, Ibas kemudian tanpa kabar berita tidak melanjutkan pelaporan tersebut dan tidak juga memberi penjelasan mengapa. Masih untung hanya labil soal pelaporan polisi. Kalau labil soal pasangan hidup, itu bisa menyusahkan dan merepotkan. Hari ini mengaku suami, besok tidak cinta lagi. Lusa pingin nikah, besoknya lagi memutuskan pertunangan.

Sepertinya yang konsisten dari Ibas hanya soal lengan panjang yang hampir selalu dikenakannya, sampa sampai membuat bu Ani  marah marah di medsos ketika ditanyakan.

Menjadi tidak ada ujung pangkalnya masalah ini karena ternyata KPK bukan mengirimkan surat penggilan untuk menjadi saksi yang meringankan, tetapi surat permintaan yang isinya menanyakan..."apakah saudara bersedia menjadi saksi yang meringankan untuk Sdr Anas ?."

Jika KPK tegas, harusnya kirim dong surat panggilan kepada SBY dan Ibas sebagai saksi meringankan Anas. Surat panggilan  memiliki kekuatan hukum, dan siapapun yang dipanggil berkewajiban untuk hadir sebagai bentuk ketaatan hukum.

Kalau meminta dan menanyakan bersedia atau tidak, ya jelas ini malah membuat Anas makin galau  karena SBY semakin lebay dengan mengatakan tidak merasa perlu, dan Ibas terus labil bersembunyi dibelakang bapaknya, padahal dia lupa bahwa dia adalah Sekjen Partai Demokrat.

Saya kali ini mengkritik KPK bahwa surat tersebut menunjukkan ketidak tegasan KPK terhadap SBY dan Ibas. Memang secara normatif kalau isi suratnya bertanya apakah saudara bersedia, ya anak kecil juga tahu, SBY berhak menjawab tidak bersedia.

Ayo dong KPK... jangan ikut masuk dalam lingkaran gababil (galau, lebay, labil). Demi kepastian hukum dan kepentingan rakyat Indonesia, panggil dengan tegas SBY dan Ibas untuk didengarkan keterangannya. Bukankah Keadilan dan ketegasan itu harus selalu berjalan beriringan?.

Have a great day everyone!.

*gambar diambil dari http://www.isukepri.com/wp-content/uploads/2014/04/anas-sby-ibas.jpg

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun