Masih seputaran debat Capres/Cawapres, ketika disinggung mengenai pemberantasan korupsi, maka Prabowo menjawab bahwa PNS (aparat) perlu ditingkatkan kesejahteraannya, karena kalau gaji dan fasilitas mencukupi, maka hasil kerjanya lebih baik, dan tidak korupsi.
Jawaban yang membuat saya tertawa sekaligus gemas. Saya cukup memiliki pengalaman kerja dan berkarier mulai dari menjadi karyawan sampai manager bahkan direktur, dan syukurlah sekarang owner. Prabowo lupa satu fakta penting bahwa uang (lewat kenaikan gaji) bukanlah alat untuk mencegah perbuatan mencuri akan korupsi!
Kalau mentalnya korup dan bobrok, mau digaji semiliar per bulan juga tetap saja merasa tidak cukup dan terus nyolongin hak orang lain, dalam hal ini memiskinkan dan menyuramkan masa depan anak bangsa lewat korupsi!
Apa Prabowo tidak menyadari bahwa gaji dan fasilitas para anggota DPR dan para Dirjen serta menteri sudah lebih dari cukup bahkan menurut saya lebih dari pantas kalau melihat kinerja mereka?
Saya sepakat dengan Jokowi bahwa revolusi itu dimulai dengan mengubah mental dan sikap. Bukan soal kenaikan gaji dan menambah fasilitas. Hidup ini pada akhirnya akan berjalan adil dan seimbang, manusia akan mendapatkan apa yang pantas diterimanya. Kita semua rakyat Indonesia mengaku beragama. Ketika kita percaya kepada Tuhan, maka kita otomatis percaya atas keadilan-Nya.
Entah sudah berapa banyak artikel yang saya tulis menekankan bahwa hidup ini sederhana. Manusia saja yang terlalu ribet dan kalau sudah tertimpa kemalangan atas perbuatannya sendiri, maka jadi semakin galau karena bukannya sadar dan meminta maaf, tapi selalu ngeles' cari alasan dan kambing hitam. Lama lama jualan kambing hitam memang bisa kaya di negeri ini!
Saya juga sudah menulis; memangnya kita semua rakyat Indonesia mau langsung kaya dan sejahtera kalau Jokowi jadi Presiden? Jangan mimpi jadi kaya dan hidup mapan jika tidak mau kerja dan boros!
Memilih pemimpin yang baik itu bukan untuk memberi secara gratis kesejahteraan tanpa kerja keras. Itu sama saja dengan memelihara kemalasan. Pemimpin yang hebat itu tugasnya memberi teladan lewat sikap hidupnya, sehingga perkataannya punya power, bukan OMDO semata.
Pemimpin yang baik menciptakan sistem yang adil dan merata kepada seluruh rakyatnya sehingga bisa memaksimalkan potensi diri dan memastikan mereka yang bekerja rajin dan jujur mendapatkan apa yang pantas mereka dapatkan dengan mengeliminasi permainan kotor dan jurus percaloan di segala bidang.
Revolusi mental ala Jokowi bukan semata-mata ditujukan untuk PNS, tapi bagi seluruh rakyat. Sudah saatnya masyarakat dicerdaskan dengan pemahaman dan logika sehat yang diikuti dengan sistem yang baik.
Mau sejahtera? Ya sekolah yang baik dan bekerja keras! Mau mapan? Pintarlah berinvestasi. Mau hidup aman dan damai? Ya saling menghormati dan menjaga sikap terhadap sesama. Tidak diperlukan seorang genius untuk bisa hebat, asalkan kita mau melakukan revolusi PNS ala Jokowi.
PNS = Personal- Network- System.
- Personal. Tak terbantahkan semua perubahan harus dimulai dari diri sendiri secara pribadi. Terlalu banyak orang membuang waktu sia-sia dengan sibuk mencari alasan mengapa dirinya tidak maju-maju tapi lupa mengoreksi ke dalam dan mengubah apa yang harus diubah.
Perbaiki dulu sikap sendiri agar bisa mendidik anak dengan baik. Jaman sekarang anak-anak sudah semakin pintar. Nasehat semata malah bisa menjadi bumerang bagi orang tua jika tidak diikuti dengan keteladanan yang baik.
Mengutip syair lagu Ebiet.... Mari kita tengok ke dalam dan bercermin.... (saran saya sebaiknya jangan telanjang di depan umum, tapi cukup lakukan di area pribadi masing masing).
-Network. Secara bebas ini bisa diterjemahkan sebagai jaringan kerja. Membuka jaringan atau berhubungan dengan orang lain secara baik adalah penting bagi perkembangan diri menuju sukses. Manusia hidup saling membutuhkan bukan? Mari saling memelihara jaringan, kerja sama dan pertemanan dengan baik, atas dasar keadilan dan saling menghormati.
Take and give adalah pinsip universal yang tidak pernah usang. Dalam semua hubungan kita harus adil dalam melakukan kewajiban dan menuntut hak. Orang malas berhubungan dengan manusia yang selalu mau enaknya sendiri tanpa mempedulikan orang lain dan berkontribusi dengan adil.
Jangan buru-buru menyalahkan lingkungan dan sesama kalau selama ini belum sukses dan belum sejahtera. Mari kaji kembali bagaimana networking yang kita bangun? Di manapun, asas keadilan dan saling menghormati adalah dasar terciptanya networking yang saling menyejahterahkan.
- System. Dalam sistem dan pola yang baik, objektivitas adalah keharusan. Sistem tidak melihat siapa, tapi apa dan bagaimana. Sistem yang baik diikuti dengan revolusi pribadi dan networking yang sehat, akan menaruh bangsa kita pada jalur yang benar.
Tidak ada kesejahteraan dan kehebatan yang diraih secara instan. Diperlukan kerja keras dan dedikasi tinggi untuk hidup aman, mapan dan sejahtera. Tidak seorang pun termasuk pemimpin kita bisa menjadikan kita hebat kalau itu tidak dimulai dari diri sendiri.
Namun demikian memiliki pemimpin yang baik, membuat kita merasa nyaman karena menyadari ada keadilan dalam sistem dan sikap pemerintah terhadap mereka yang pantas mendapatkannya.
Pilih nomor dua untuk Indonesia Hebat!.
*foto dari http://suara.com/media/2014/06/revolusiMental7-e1402485745549.jpg