Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan Pilihan

"Selingkuh" Ini Sungguh Membuatku Terharu

21 Juni 2014   13:11 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:55 2533 39
Kemarin ketika sedang mengantarkan rombongan sepupu ke toko Souvenir dan oleh-oleh, aku bertemu seorang sahabat lama yang pernah bekerja sekantor denganku.  Seperti biasa setelah cipika cipiki   kami saling menanyakan kabar. Dia terkagum kagum mendengar dua putraku yang sudah kuliah, dan bahwa ada si bungsu Krystle yang sudah SMA.

Ketika aku bertanya mengenai anak anaknya, seketika itu  raut wajahnya berubah, sorot matanya melembut menyiratkan setitik kesedihan, atau mungkin juga kepasrahan...sambil berbisik pelan dia mengatakan,"aku punya satu putri Len. Dia dibesarkan kakakku yang hanya memiliki seorang putra tunggal."

Seperti biasa, radar para wanita cepat "on" mendengar bisikan seperti ini, tapi sedikit khawatir untuk terlalu bertanya jauh. Aku hanya mengangguk anggukkan kepala sok' tau sambil bergumam," pasti sudah besar sekarang".

Kami kemudian duduk di pojokan toko dan dengan suara rendah sahabatku berkata, "Tidak apa aku cerita sama kamu. Semua sudah berlalu, dan sekarang segalanya berjalan baik. Suamiku sekarang adalah seoang duda dengan dua anak. Sudah empat belas tahun kami menikah, dan aku pindah ke Pekanbaru dengannya."

Singkatnya sahabatku ini berkisah bahwa ketika masih satu kantor denganku dulu, dia memiliki pacar seorang karyawan Bank BUMN, mereka saling mencintai, namun beda agama. Perbedaan yang tidak mungkin bisa disatukan, tidak peduli seberapa besar cinta yang ada diantara mereka. (ah.. padahal aku selalu percaya bahwa cinta bisa menjembatani segalanya....)

Setalah pacaran lebih dari lima tahun, pacarnya kemudian dipindah tugaskan ke lain kota. Dia kemudian dikenalkan (atau lebih tepat dijodohkan) dengan seorang pria seagama, sahabat dari sepupunya. Singkat cerita, dia menikah. Pacarnya juga menikah dan memiliki dua orang anak. Lima tahun menikah, sahabatku  masih belum dikaruniai anak. Tahun keenam, dia menemukan fakta menyakitkan; suaminya selingkuh.

Setelah perenungan panjang, sahabatku akhirnya memilih untuk pisah, karena menurut dia sepertinya hubungan suaminya dengan si WIL sudah berlangsung lama, dan dalam hati kecilnya dia menyadari dan harus jujur bahwa dia tidak benar benar bisa  mencintai suaminya meskipun sudah mencoba.

Seperti adegan film, atau mungkin juga skenario film yang meniru kisah hidupnya; dia bertemu kembali dengan sang mantan pacar.

"Enam bulan kemudian, ketika tugas diluar kota, aku menyadari diriku hamil."  ujarnya dengan tatap mata sendu.

Hampir saja aku bertanya, "kok bisa?", tapi syukurlah yang keluar dari mulutku adalah pertanyaan klasik," lalu bagaimana?."

"Aku merasa sangat berdosa, Len. Aku sudah pernah merasakan sakitnya dikhianati, dan juga menyadari bahwa yang kulakukan itu salah. Dengan sangat berat aku memutuskan untuk menghilang dari pacarku. Aku ke Bandung ikut kakak untuk beberapa saat. Pada saat yang sama, aku juga menyadari tidak mampu membunuh anakku sendiri. Aborsi bukan pilihan. Aku sungguh tidak ingin menambah dosa lagi."

Sambil menyodorkan segelas air mineral, aku bertanya," pacarmu itu tidak pernah tahu kamu hamil?."

"Kalau dia tahu, sangat mungkin keluarganya akan berantakan, dan bisa saja aku menuntut untuk dinikahinya, tapi itu juga tidak fair. Ini terjadi bukan karena keinginannya semata. Aku bukan anak kecil lagi. Aku tahu apa yang aku lakukan, dan entah kenapa pada saat itu semuanya terasa "benar"......

Singkatnya, temanku memutuskan untuk tetap melanjutkan kehamilannya, dan kakaknya yang memang hanya memiliki seorang putra, sangat ingin mengadopsi satu anak lagi.

"Ini fotonya. Sekarang sudah kelas tiga SMP," dia mengutak-atik BB-nya dan di layar bisa kulihat seorang remaja putri yang cantik, tersenyum lebar memakai kawat gigi.

"Ah, sudah besar..dan sangat cantik.. seperti ibunya," kataku tanpa sedikitpun niat basa basi. Putrinya memang cantik, dan temanku terlihat jauh lebih cantik dalam sekejap.

Sambil menatapku dengan pandangan yang sulit kulukiskan, sepertinya dia berterima kasih aku tidak menghakimi kisahnya, dia berbisik jenaka," khan bikinnya penuh cinta......"

Ya Tuhan, saat itu segala teoriku tentang cinta menguap entah kemana. Aku justru merasa bahwa pengalaman hidupnya ini sungguh sarat dengan cinta. Bahwa cinta bukan berarti sebuah perjalanan yang sempurna, tapi selalu tidak memiliki kapasitas untuk menyakiti hati orang lain yang tidak bersalah.

Rombongan sepupuku sepertinya sudah selesai berbelanja. Suaminya juga sudah selesai mencoba beberapa kemeja tradisional, dan berjalan kearah kami. Sambil berjabat tangan suaminya berkata," kapan kapan kalau ke Pekanbaru, kasih tahu kami. Dan tidak usah repot repot tinggal di hotel ya. Kami akan sangat senang menjadi tour guide buat Ellen dan keluarga." ujarnya sungguh sungguh.

Aku bersyukur temanku akhirnya menikah dengan pria baik yang mencintai dan menerimanya apa adanya. Ada ketenangan dan sikap melindungi yang terpancar dari suaminya yang membawa rasa damai.

Kami kemudian berpelukan hangat sebelum berpisah dan saling menukar nomor HP. Aku ingin sekali mengatakan bahwa dia seorang wanita cantik yang sangat hebat, tapi yang terucap justru, "Terima kasih ya sudah berbagi kisah denganku. Kamu mengajariku tentang cinta yang tidak mementingkan diri sendiri."

Entahlah... barangkali dalam formatnya yang paling sederhana tanpa embel embel ingin memiliki, cinta adalah sesuatu yang tidak memiliki kapasitas untuk merusak dan merampas kebahagiaan orang lain... Cinta selalu membaiki....

Happy week end everyone. Stay loving!.

**terima kasih untuk sahabatku yang mengijinkan aku untuk membagi kisah ini dengan para pembaca.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun