Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Kajian Kearifan Lokal Petani Sadi Sawah (Palawija Tanaman yang Lainnya) di Desa Tanjung Mulia Kecamatan Tanjung Morawa

5 Agustus 2020   14:00 Diperbarui: 5 Agustus 2020   14:24 227 4
A.  Pengetahuan Petani Terhadap Pengelolaan Padi Sawah

Padi merupakan salah satu jenis tanaman pangan paling penting di dunia. Padi dalam bahasa latin disebut Oryza sativa, adalah salah satu tanaman budidaya yang sangat vital di Indonesia. Meskipun produksi padi dunia berada pada urutan ketiga setelah jagung dan gandum, namun padi merupakan makanan pokok sumber karbohidrat utama bagi sebagian besar masyarakat dunia.

Di Indonesia sendiri, padi menempati urutan pertama sebagai bahan makanan pokok sebagian besar masyarakat. Namun sayangnya sampai saat ini produksi padi belum mampu mencukupi kebutuhan masyarakat kita, dengan kata lain Indonesia belum mampu berswasembada padi. 

Sebagai negara agraris dengan lahan sawah yang luas, semestinya produksi padi di Indonesia melimpah. Minimal untuk kebutuhan di dalam negeri. Namun kenyataannya sangat ironis, kita sampai sekarang masih mengimpor beras dan lebih parahnya lagi Indonesia adalah pengimpor beras terbesar di dunia. (Mitalon, 2016).

Budidaya padi adalah kegiatan yang bertujuan mendapatkan hasil yang setinggi-tinginya dengan kualitas sebaik mungkin. Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan maka tanaman yang akan ditanam harus sehat dan subur. Budidaya di setiap daerah memiliki ciri khas yang berbeda-beda (Wikipedia; 2018).

Pengetahuan lokal yang dimiliki oleh kelompok petani dalam kehidupan masyarakat merupakan suatu proses kebudayaan. Kebudayaan yang dimiliki oleh para petani atau  kelompok masyarakat tertentu merupakan suatu kesatuan simbol yang mengandung makna.

Misalnya cara petani dalam menentukan hari-hari baik, memilih jenis benih unggul, serta melihat tanda-tanda alam lainnya itu juga merupakan proses kebudayaan. Keberadaan berbagai macam tanda-tanda alam sekitar menjadi sesuatu hal yang tak terpisahkan dengan aktivitas keseharian masyarakat di suatu wilayah tersebut.

Terkait dengan tanda-tanda alam, hal utama yang dilakukan oleh para petani yakni melihat tanda-tanda alam yang ada di daerah tersebut. Ada sebagian petani yang melihat tanda-tanda alam dengan melihat adanya hama atau tidak, misalnya seperti hama tikus, biasanya hama tikus itu berada di bulan juni, dan petani tidak akan turun sawah di bulan juni dikarenakan hama tikus tetrsebut membuat sarang di dalam tanah, atau para tikus itu masuk ke lobang-lobang yang ada di sawah tersebut.

Para petani juga tidak akan turun sawah di bulan Desember dikarenakan juga adanya hama tikus. Hama tikus akan keluar pada bulan desember maka dari itu para petani tidak akan menanam sawah di bulan Desember.

Tanda-tanda alam yang lainnya juga dilihat dari cuaca, biasanya para petani memprediksi jika dibulan Januari sampai dibulan Juni biasanya musim Kemarau jadi para petani tidak akan bercocok tanam padi, tetapi para petani akan menanam Palawija seperti, semangka, kacang-kcanagan, cabai dan palawija lainnya.

Menurut Ramli (40th) bahwa tanda-tanda alam itu merupakan kebiasaan leluhur kami terdahulu apabila akan memulai bercocok tanam. Kebisaan tersebut masih kami pegang teguh sebagai suatu tradisi yang tak terpisahkan dalam dirinya.

Proses selanjutnya yang dilakukan oleh para petani yakni menyiapkan benih unggul. Menurut P. Nasution (43th) dan L.Susanti (42th) Pemilihan benih padi biasanya mengambil dari hasil panen yang telah diperoleh sebelumnya dan dianggap berkualitas, dengan pertimbangan bahwa dapat menghemat biaya dan kualitasnya pun relatif sama. Sebagian pula petani yang masih mengandalkan bibit dari pengelola pertanian di daerah tersebut.

Sebelum menanam padi tersebut biasanya petani terlebih dahulu merendam bibit padi yang telah di pilih tadi dengan kurun waktu 3 hari 3 malam untuk proses perendaman bibit.

Menurut Ramlan Tarigan (55th) Selanjutnya Proses selanjutnya yang dilakukan adalah membajak sawah. Seiring dengan perkembangan teknologi pertanian, dalam membajak sawah pada umumnya menggunakan traktor/jetor. Membajak dengan menggunakan mesin traktor/jetor biasanya memerlukan jasa manusia untuk mengendalikan mesin traktor/jetor.

Setelah tanah tersebut di luku, biasanya para petani membuat tempat pembibitan kira-kira 1/3 dari lahan persawahan itu lah yang dibuat untuk tempat pembibitan. Benih padi tersebut lalu di taburkan selama 20 hari hingga tumbuh menjadi sebuah bibit padi yang sudah layak ditanam.

Setelah 20 hari para petani memanam padi dengan cara bergotong royong, dan biasanya hal tersebut sudah ada pekerjanya sehingga petani yang memiliki sawah tersebut hanya tinggal member upah bagi penanam padi.

Sekitar tiga hingga empat bulan berjalan (100 hari), tanaman padi sudah siap untuk dipanen. Dalam proses memanen padi, hanya berdasarkan kesiapan masing-masing petani.

Seiring dengan perkembangan teknologi modern saat ini, para petani sebagian besar sudah menggunakan mesin untuk memanen yang disebut sebagai mobil mini combine harvester. Meski demikian, terdapat pula masyarakat yang masih menggunakan jasa manusia dengan menggunakan teknologi lokal.

Menurut Yasir (48 th) bahwa menggunakan jasa manusia dengan teknologi seadanya merupakan suatu kesyukuran tersendiri yang dirasakannya. Cara itu dilakukan agar hasil panennya juga bisa dinikmati oleh keluarga dan masyarakat setempat yang ikut serta dalam memanen padi. Cara tersebut juga sebagai salah satu proses untuk mempererat hubungan tali silaturahmi dengan sesama anggota masyarakat setempat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun