Beralas candu menapaki rindu
Bergejolak beradu tak menentu
Haruskah aku mengadu ?
Haruskah aku menjamin rasa itu ?
Kaki ini melangkah tak berarah
Menelusuri ciptaaNya yang begitu indah
Waktu itu sedang mendung
Hingga tiada bias mentari yang mulai rebah
Menyisakan awan kelabu bergerombol merapat
Seakan bersekongkol hendak menjatuhkanku pada tanah licin bebatuan
Kaki ini hendak lari melangkah lebih banyak dan cepat
Menapaki setiap bebatuan dan menghindari guyuran hujan
Tapi siapa sangka
Pijakanku tak beralas
Menjatuhkanku pada setiap harapan
Menyesatkan setiap langkahku dalam setiap pijakan
Menyisakan kegundahan mendalam
Aku ingin sekali cepat berlari mendahului hujan
Agar pijakanku tak salah kembali menyusuri keindahaNya
Ingin rasanya kaki menjauh, kabur.
Tetapi bisakah pijakan tak beralas ini berlari hingga kesurganNya ?
Sedangkan yang kupijaki ini adalah kuasaNya
Sejauh jarak galaksi bimasakti ke galaksi Andromeda
Hingga seluas belantara didalam isi kepala
Takkan membuat pijakan ini kokoh diatas tanah
Sampai pada waktunya kesadaranku memuncak
Tatkala diri ini menyadari, bahwa
Kemanapun kaki ini berpijak
Sebanyak apapun kisah ini kurangkai
Sepintar apapun aku bersembunyi
Seluas apapun isi memori kepalaku
Tetap saja !
Aku tak luput dari penglihatanNya
Aku tak lepas dari jangkauanNya
Dan sungguh, apabila diri ini telah menemukan alasnya
Menemukan alat pembantu pijakanya
Hingga mampu membuatnya kabur meninggalkan kenangan
Tetap saja  diri ini tidak akan bisa menjauh dari aturanNya
Hingga diriNya memanggil saatnya pulang...
Di surga..
Kurasa, itulah harapan saat pijakan tak beralas
menemukan jawaban atas setiap perjalanan hidupnya