Menyikapi adanya pandemi, Indonesia secara spontan melaksanakan pembelajaran dari rumah, bekerja dari rumah, sampai beribadah di rumah agar menekan adannya penularan virus ini. Situasi ini tentunya membutuhkan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat agar dapat mendorong tujuan penekanan penyebaran virus Corona. Kepemimpinan yang solutif juga sangat dibutuhkan dalam situasi seperti ini yang akan menjadi tuntutan abad 21 (Mihardja & Rukman, 2018). Pembelajaran yang menyenangkan tentunya akan membuat siswa dapat berfikir lebih kreatif yang tentunya akan membuat masalah yang di alaminya dapat dengan mudah di selesaikan. Tanda-tanda berfikir kreatif siswa meliputi tiga hal, yaitu kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan (Adiba, 2015).
Pada tulisan ini penulis akan menekankan ketiganya dalam menghadapi pembelajaran online untuk mendukung arahan pemerintah untuk mengadakan pembelajaran di rumah dikarenakan saat ini dunia khususnya Indonesia sedang menghadapai pandemi yang membuat aktivitas di luar rumah di batasi untuk menekan penularan virus corona ini. Hal ini juga dilakukan penulis untuk mendukung penekanan sumber daya manusia yang berkompeten di bidangnya yang dilakukan untuk menghadapi era society 5.0. Pendidikan yang baik dengan media yang berorientasi pada kemampuan berfikir kreatif tentunya tidak dapat dinafikan untuk mewujudkan kualitas sumber daya manusia sebagai implementasi era society 5.0.
ISI
Saat ini masyarakat dunia telah menghadapi era baru, di mana globalisasi dan evolusi terjadi begitu cepat dengan teknologi digital, ditandai dengan Internet of things (IoT), kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), dan robotika yang membawa perubahan yang signifikan pada masyarakat dunia. hal ini tentunya menyebabkan keberagaman lingkungan dan nilai-nilai masyarakat yang semakin kompleks. (Fukuyama, M, 2019).
Era society 5.0 menjadi tantangan baru bagi Indonesia. Pemerintah jepang telah mencetuskan pertama kali dengan berlandaskan manusia sebagai pusat masyarakat (human-centered) dan berbasis teknologi (technologi). Pada era ini manusia memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat. Dimana manusia berperan dalam mentransformasikan data besar menjadi suatu kearifan baru yang akhirnya akan meningkatkan kemampuan manusia dalam membuka peluang-peluang bagi kemanusiaan dengan tujuan kehidupan yang lebih bermakna (Ramadhan, P, W, Dinna, R, A. 2019).
Maka, Pendidikan menjadi unsur penting dalam meningkatkan sumber daya manusia guna ketercapaian Megatron dunia tahun 2045 yang di tandai dengan beberapa faktor yaitu adanya demografi dunia, urbansi global, perdagangan internasional, keuangan global, kelas pendapatan menengah, persaingan sumber daya alam, perubahan iklim, kemajuan teknologi, perubahan geopolitik, dan perubahan geoekonomi (Suhardi, 2017). Dengan adanya berbagai pengaruh globalisasi dari berbagai arah yang kini menguasai setiap lini kehidupan maka pendidikan menjadi salah satu pondasi untuk menghadapi dampak kehidupan akibat adanya globalisasi tersebut.
Mengahadapi hal tersebut, maka diperlukan kesadaran bahwa setiap siswa memiliki kelebihannya masing-masing. Sehingga dalam mendukung potensi siswa dalam berbagai aspek kelebihannya, maka diperlukan peran pendidik yang merupakan obyek sekaligus subyek pendidikan yang harus mampu mengembangkan potensi dari masing-masing siswa. Dalam hal ini, pendidik perlu diberikan pemahaman tentang beberapa ciri-ciri umum dari siswa. Seperti yang disebutkan oleh Secara umum siswa memiliki beberapa ciri-ciri, antara lain:
1. Â Â Â Pertama, siswa sedang dalam keadaan yang sadar atau berdaya, hal ini artinya siswa memiliki keinginan untuk memberdayakan kemampuan, kemauan, dan potensi dalam dirinya.
2. Â Â Â Kedua, siswa memiliki keinginan untuk berkembang dan tumbuh menjadi dewasa sesuai dengan umurnya.
3. Â Â Â Ketiga, setiap siswa memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Keempat, siswa melakukan perjalanan hidupnya dengan lingkungan disekitarnya yang tentunya dengan kemampuan dasar yang dimiliki oleh setiap individu.
Setidaknya siswa-siswa di Indonesia harus memiliki kualitas personal yang terdiri dari, curiosity, critical thinking, collaboration dan creating. Keempat hal tersebut setidaknya sudah harus ditanamkan oleh pendidik kepada siswa saat ini.
1. Â Â Â Pertama, curiosity, siswa-siswa di Indonesia harus memiliki mimpi tanpa batas, dengan memanfaatkan rasa keingintahuan tak terhingga, serta kemauan yang luar biasa untuk mengeksplore diri dengan ide-ide perubahan yang akan menjadi awal dari sebuah penciptaan.
2. Â Â Â Kedua, critical thinking, siswa Indonesia harus ditanamkan cara berfikir kritis terhadap segala sesuatu dengan mencari cara untuk menghadapi masalah dan menyelesaikanya.
3.    Ketiga, collaboration, siswa  Indonesia harus di tanamkan nilai keberagaman, dapat melihat masalah dengan pendekatan multidisiplin, serta menyelesaikannya dengan kolaborasi tim.
4. Â Â Â Keempat, creating, siswa Indonesia harus memiliki kemampuan daya cipta dengan semangat untuk selalu berinovasi dan bernyali besar untuk mengubah dunia menjadi lebih baik sesuai dengan era nya. Sehingga bonus demografi harus dapat mengubah generasi penghafal menjadi generasi pencipta di masa depan.
PENUTUP
Tujuan society 5.0 adalah untuk mewujudkan masyarakat di mana orang-orang akan menikmati hidup sepenuhnya. Manusia sebagai pusat masyarakat yang berorientasi pada teknologi tentunya akan membawa dampak besar bagi kehidupan di masa mendatang. Adanya pendidikan yang berdisiplin ilmu terhadap kemajuan evolusi transformasi digital tentunya akan memberikan penguatan terhadap generasi muda dalam menghadapi tantangan dunia. sudah dirasakan akibat adanya wabah Covid-19 ini, membuat manusia sadar pentingnya teknologi dalam kehidupan. Kesadaran ini tentunya menjadi keuntungan bagi kita untuk dapat memanfaatkan teknologi dengan mewujudkan kemampuan berpikir kreatif dengan penguatan karakter dan pengembangan potensi siswa dapat memberikan harapan besar akan semakin terlihat dalam menyelesaikan tantangan sosial di seluruh dunia.
 DAFTAR PUSTAKA
Adiba, F. (2015). Kreativitas Siswa SMA dalam Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau Dari Perbedaan Gaya Kognitif Field Dependent dan Field Independent. Jurnal Widyaloka IKIP Widyadarma Surabaya, 2(2), 111-124.
Budiastuti, R. 2019. Menciptakan generasi milenial dengan pendidikan kecakapan abad 21 guna menyongsong Indonesia sebagai 10 besar ekonomi global di tahun 2030. UIN Walisongo Semarang
Fukuyama, M. 2019. Society 5.0: Aiming for a new human-centered society. Japan Spotlite. https://www.jef.or.jp/journal/
Gikas, Grant. 2013. Mobile Computing Devices in Higher Education: Student Perspectives on Learning with Cellphones, Smartphones & Social Media. 10.1016/j.iheduc.2013.06.002
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014. Menyiapkan Generasi emas 2045: Memori Akhir Jabatan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 2010 -- 2014.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015 -- 2019.