Makankah? Ini pertanyaan dari Ayah saya, Fetor Asa, pada tahun 1986. Nama baptis Ayah, Petrus, sehingga sering dipanggil Bapa Petrus Asa. Ayah, seorang tokoh masyarakat di desa Henes, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur / NTT. Pada waktu itu Ayah berusia 85 tahun. Saya dan Isteri saya, Mama Yudith Salassa dengan tiga orang anak, Grace 9 tahun, Ina 6 tahun, Isto, bungsu, 1 tahun. Kami tinggal di kota kecil Atambua, Ibukota Kabupaten Belu di pedalaman Pulau Timor. Saya dan Isteri hidup dengan pekerjaan sebagai Guru Agama, bekerja di Keuskupan Atambua, siang mengajar Agama Katolik di Sekolah, sore dan malam hari mengajar umat biasa di kelompok-kelompok dalam kota. Kami mengajak Ayah yang sudah menduda 8 tahun untuk sesekali ke kota dan tinggal bersama kami. Ayah, seorang petani tulen, buta aksara, tidak betah tinggal dengan kami sehingga hanya seminggu atau dua minggu lalu dihantar kembali ke desa Henes dan menikmati keseharian di sana bersama sesama orang desa. Aman dan tenteram.
KEMBALI KE ARTIKEL