Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

Mengatasi Mom Shaming: Tetap Percaya Diri dalam Mengasuh Anak

3 Desember 2024   00:05 Diperbarui: 3 Desember 2024   00:44 47 4
Pernahkah sahabat kompasiana merasa menjadi "ibu yang paling buruk di dunia" hanya karena komentar orang lain?

Mungkin itu komentar tentang cara kita  menyusui, pilihan sekolah anak, atau bahkan jenis makanan yang kita berikan. Apakah kita pernah merasa malu atau tidak percaya diri hanya karena orang lain seolah-olah lebih tahu cara terbaik mengasuh anak kita? Jika ya, berarti kita mengalami Mom Shaming. Mom shaming adalah fenomena nyata yang dihadapi banyak ibu di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Sebagai seorang ibu, saya juga pernah merasakannya. Rasanya seperti ada yang terus-menerus mengawasi dan menghakimi setiap langkah saya. Mulai dari tetangga yang bilang, "Kok anaknya kurus banget, sih? Kamu nggak kasih makan apa?" sampai teman yang berkomentar, "Serius? Kamu kasih anakmu gadget? Anak jadi nggak kreatif, tahu!" Komentar-komentar ini sering kali tidak dimaksudkan untuk menyakiti, tapi tetap saja menyakitkan. Dan jujur, ada kalanya saya bertanya-tanya: "Apakah saya memang ibu yang buruk?"

Namun, seiring waktu, saya belajar bahwa mom shaming bukanlah tentang saya atau anak saya. Itu lebih tentang orang lain yang merasa punya hak untuk menghakimi. Bagaimana saya menghadapi itu? Izinkan saya berbagi perjalanan saya, serta beberapa tips yang mungkin bisa membantu agar tetap percaya diri dalam mengasuh anak, meskipun dunia seolah penuh kritikus.

Apa Itu Mom Shaming dan Mengapa Ini Terjadi?

Mom shaming adalah kritik, baik secara langsung maupun tersirat, terhadap cara seseorang mengasuh anak. Ini bisa datang dari siapa saja: keluarga, teman, bahkan orang asing di media sosial. Mom shaming sering kali muncul dari asumsi bahwa hanya ada satu cara "benar" dalam mengasuh anak.

Penyebab mom shaming sangat beragam:

* Perbedaan budaya atau nilai
Cara mengasuh anak di satu keluarga atau komunitas bisa sangat berbeda dengan yang lain. Apa yang dianggap normal bagi satu orang bisa jadi tidak biasa bagi yang lain.

* Tekanan sosial media
Di era digital ini, media sosial sering menjadi ajang pamer kesempurnaan. Foto anak-anak yang terlihat sempurna, rumah yang selalu rapi, dan ibu yang tampak bahagia tanpa cela sering kali membuat orang lain merasa berhak mengkritik mereka yang tidak terlihat "seideal" itu.

* Pengalaman pribadi
Banyak orang menganggap pengalaman mereka sebagai patokan universal. Misalnya, jika mereka berhasil menyusui secara eksklusif selama dua tahun, mereka merasa semua ibu juga harus melakukannya.

* Kurangnya empati
Beberapa orang sekadar tidak memahami betapa sensitifnya seorang ibu terhadap komentar tentang anaknya.

Bagaimana Mom Shaming Memengaruhi Kita?

Mom shaming tidak hanya membuat kita merasa tidak percaya diri, tetapi juga bisa berdampak pada kesehatan mental. Perasaan tidak cukup baik, cemas, atau bahkan depresi bisa muncul akibat kritik yang terus-menerus.

Saya ingat suatu hari ketika seorang teman mengatakan, "Kok anakmu nggak masuk playgroup? Nanti dia nggak pintar bersosialisasi, lho." Meski awalnya saya abaikan, lama-lama komentar itu menghantui saya. Saya mulai meragukan keputusan saya dan merasa bersalah, padahal saya tahu keputusan itu dibuat berdasarkan apa yang terbaik untuk keluarga saya.

Tips Menghadapi Mom Shaming

Berikut adalah beberapa tips yang saya pelajari untuk menghadapi mom shaming dan tetap percaya diri:

1. Sadari Bahwa Kita Tidak Bisa Menyenangkan Semua Orang

Tidak peduli apa yang kita lakukan, selalu ada orang yang tidak setuju. Dan itu tidak apa-apa. Kita adalah ibu dari anak kita, dan hanya kita yang tahu apa yang terbaik untuk mereka.

2. Fokus pada Anak, Bukan Penilaian Orang

Setiap anak unik, begitu juga kebutuhannya. Ketika kita merasa terganggu oleh kritik, tanyakan pada diri kita: "Apakah anak saya bahagia dan sehat?" Jika jawabannya ya, itu sudah cukup.

3. Pilih Lingkungan yang Mendukung

Kelilingi diri kita dengan orang-orang yang mendukung, bukan yang terus mengkritik. Bergabunglah dengan komunitas ibu yang saling mendukung, baik online maupun offline. Di sana, kia akan menemukan orang-orang yang benar-benar memahami perjuangan kita.

4. Tetapkan Batasan

Tidak semua komentar perlu ditanggapi. Jika seseorang terus mengkritik, jangan ragu untuk menetapkan batasan. Misalnya, dengan mengatakan: "Terima kasih atas sarannya, tapi saya merasa ini yang terbaik untuk anak saya."

5. Jadikan Mom Shaming Sebagai Motivasi

Daripada merasa down, gunakan mom shaming sebagai motivasi untuk menjadi ibu yang lebih percaya diri. Baca buku, ikuti seminar, atau pelajari hal-hal baru yang bisa membantu kita menjadi lebih baik dalam mengasuh anak.

6. Jangan Ragu Mencari Bantuan

Jika mom shaming mulai memengaruhi kesehatan mental kita, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Konsultasi dengan psikolog bisa membantu kita mengatasi perasaan negatif dan menemukan kembali kepercayaan diri kita.

Belajar Menerima Diri Sendiri

Menghadapi mom shaming memang tidak mudah, tetapi kuncinya adalah belajar menerima diri sendiri. Tidak ada ibu yang sempurna, dan itu normal. Bahkan ibu-ibu yang terlihat sempurna di media sosial pun punya masalah yang tidak mereka tunjukkan.

Saat ini, setiap kali saya mendengar komentar negatif, saya mencoba untuk mengingat: "Saya adalah ibu yang baik karena saya melakukan yang terbaik untuk anak saya." Komentar orang lain tidak mendefinisikan kemampuan saya sebagai ibu.

Kita Tidak Sendiri

Jika kita sedang bergumul dengan mom shaming, ingatlah bahwa kita tidak sendiri. Banyak ibu di luar sana yang mengalami hal serupa. Hal yang terpenting adalah bagaimana kita menjaga fokus pada kebahagiaan dan kesehatan anak kita, serta kesehatan mental kita sendiri.

Jadi, mari berhenti menghakimi satu sama lain. Sebaliknya, mari saling mendukung, karena perjalanan menjadi ibu sudah cukup menantang tanpa harus ditambah dengan kritik yang tidak perlu.

Teruslah percaya diri, dan ingat: 
Anda adalah ibu yang hebat!



F. Dafrosa

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun