seperti pohon tua yang tak lagi rindang
Di balik mikrofon suara-suara itu bergaung, berlomba jadi pahlawan
padahal hanya angin lewat
di antara jendela yang setengah terbuka
Ada janji di atas meja
tapi rasanya seperti kertas kosong
siap dibuang ke tong sampah
Senyum yang tergantung di sudut ruangan
menunggu giliran untuk dilupakan
Apakah suara ini benar-benar milikku?
Atau hanya gema yang tertinggal
dari sidang kemarin, sidang sebelum kemarin?
Di belakang podium
ada wajah-wajah yang pandai bersembunyi
Mereka bicara dengan bahasa asing
Hanya dimengerti oleh kursi dan tembok
Aku menyimak dengan telinga
yang sudah lama lelah
tapi tetap saja
setiap kata seperti kilatan petir
yang tak pernah menyentuh tanah
Aku ingat
dulu pernah ada suara yang ingin menumbuhkan pohon baru
Tapi sekarang
semua berubah jadi debu
ditiup ke segala arah
Tangan yang terangkat
menggenggam udara kosong
dan waktu berjalan di tempat
seperti jam yang rusak di dinding
Sidang berakhir
dan aku masih di sini
meninggalkan jejak langkah
yang tak pernah bergerak dari awal